Goindonesia.co – Indonesia mencatatkan dua rekor baru terkait kasus virus corona pada Rabu (7/7/2021), Pertama adalah rekor kasus Covid-19 harian tertinggi, dengan 34.379 kasus baru, sehingga total kasus menjadi 2.379.397 kasus. Rekor kedua tercatat setelah 1.040 kematian dilaporkan di hari yang sama, meningkat tajam dari 728 kematian di hari sebelumnya. Kini, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 62.908 kasus.
Lantas, mengapa kasus kematian akibat Covid-19 begitu tinggi? Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, lonjakan angka kematian ini terjadi seiring melonjaknya kasus positif virus corona di Indonesia. “Angka kematian yang terus meningkat ini dikontribusikan oleh banyak hal termasuk kasus yang juga semakin meningkat,” kata Wiku saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).
Karenanya, pemerintah saat ini terus berusaha untuk menjamin agar manajemen pelayanan kesahatan diterapkan dengan baik di setiap daerah.
Penuhnya kapasitas rumah sakit Selain itu, Wiku juga tidak menampik bahwa lonjakan kematian pasien Covid-19 ini disebabkan oleh kapasitas rumah sakit yang penuh. Seperti diketahui, media sosial Indonesia belakangan banyak diramaikan keluhan warga yang kesulitan mendapat kamar di rumah sakit. Bahkan, beberapa pasien Covid-19 meninggal dunia karena belum sempat tertangani. “Kapasitas rumah sakit memang bukan tidak ada batasnya,” jelas dia. “Maka dari itu, upaya untuk mencegah penularan di masyarakat sangat penting untuk mengurangi jumlah orang yang perlu perawatan di RS,” tambahnya.
Berdasarkan temuan LaporCovid-19 di media sosial Twitter, laporan warga, dan berita online, tercatat ada 265 kasus kematian di luar fasilitas kesehatan (fasyankes) selama Juni hingga 2 Juli 2021.
Sebanyak 265 kasus kematian tersebut tersebar di 47 kota/kabupaten dari 10 provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Kepulauan Riau, Riau, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi yang cukup banyak mengalami kematian di luar RS adalah Jawa Barat sejumlah 97 kematian dari 11 kota/kabupaten.
Terlambat terdeteksi Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, rekor kematian pada Rabu tersebut merupakan dampak dari kasus dua atau tiga minggu yang lalu. “Kematian itu kalau dalam wabah seperti ini, merupakan dampak dari dua atau tiga minggu lalu,” kata Dicky saat dihubungi secara terpisah, Kamis. Menurutnya, tingginya kematian Covid-19 ini disebabkan oleh minimnya respons di hulu, baik 3T, 5M, maupun deteksi kasus.
Dengan minimnya respons tersebut, warga yang tertular virus corona terlambat terdeteksi. “Sehingga mereka terlambat terdeteksi, terlambat dirawat. Jadi datang sudah dalam kondisi parah, saturasi oksigennya sudah berat,” ujarnya.
“Artinya, kasus yang dua tiga minggu lalu itu jauh lebih banyak yang tidak terdeteksi,” tutupnya.
Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto