Pandemi Covid-19 membawa dampak besar terhadap berbagai sektor. Tidak hanya di rasakan oleh sektor ekonomi, sektor pariwisata dan ekonomoi kreatif (Parekraf) pun mengalami kelesuan serupa akibat pandemi ini.
Menurut data milik Badan Pusat Statistik (BPS), angka kunjungan wisatawan asing terus mengalami penurunan hingga 89,05 persen. Pada Januari 2020, terdapat 1,29 juta wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Namun, pada Januari 2021, hanya terdapat 141.260.
Berbagai macam upaya di lakukan Pemerintah untuk mengembalikan geliat sektor parekraf Tanah Air. Salah satunya dengan mengembangkan storynomics tourism.
Melansir Kompas.com, storynomics tourism merupakan pendekatan pariwisata yang di kemas dalam cerita atau konten tentang budaya atau sejarah dari suatu destinasi wisata.
Di Indonesia, cukup banyak destinasi wisata yang memiliki nilai historis, geologis, hingga geografis yang unik dan berbeda satu sama lain. Keunikan tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi Indonesia dalam mempromosikan storynomics tourism pada wisatawan mancanegara.
Selain mengenalkan kisah menarik dari berbagai daerah, pemerintah berencana untuk menjadikan storynomics tourism sebagai salah satu strategi promosi dan pengembangan pariwisata Indonesia. Khususnya lewat lima Destinasi Super Prioritas (DSP), yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Salah satu contoh storynomic tourism yang akan di kembangkan adalah Danau Toba. Melalui konsep “asal-usul”, wisatawan mancanegara akan menyaksikan sejarah menarik tentang terbentuknya Danau Kaldera yang berasal dari letusan gunung berapi yang memengaruhi 60 persen populasi kala itu.
Selanjutnya, storynomic tourism juga akan mengangkat dan mengemas tentang keindahan budaya Batak yang menjadi identitas masyarakat hingga saat ini.
Dengan cerita-cerita menarik di balik destinasi tersebut, di harapkan akan timbul awareness dan experience dari para wisatawan. Harapannya, mereka dapat menceritakan kembali kisah tersebut pada wisatawan lainnya.
Sebagai penunjang dari strategi storynomics tourism, pemerintah akan terus mengembangkan aspek 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas pada lima Destinasi Super Prioritas tersebut.
Selain itu, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga akan memberikan pelatihan kepada para pemandu wisata yang berada di lokasi wisata melalui kerja sama dengan influencer dan meletakkan sign/barcode berisi informasi lengkap terkait adat, tradisi, kuliner, dan budaya di destinasi wisata tersebut. (*/cr1)