Pariwisata

Desa Wisata Ngringinan, Jejak Bantul di Masa Belanda

Published

on

BANTUL , goindonesia – Rakornas Pariwisata II/2017 di Bidakara, Jakarta, 18-19 Mei 2017 lalu terus mendorong spirit desa-desa wisata di tanah air.   Mereka terus mengeksplorasi untuk menjadikan desa wisatanya sebagai daya tarik atraksi dan sekaligus memiliki homestay sebagai amenitas khas kampung, dengan segala budayanya.

“Adat istiadat, budaya, tradisi dan kebiasaan kita adalah atraksi yang menarik buat wisman. Munculkan kekuatan budaya itu untuk menarik wisman ke tanah air, ke desa wisata dan homestaynya,” ujar Menpar Arief Yahya di Jakarta.

Seperti yang terjadi di Desa Wisata Ngringinan. Ada Museum Bantul Masa Belanda. Museum ini menjadi salah satu daya tarik di Desa Wisata tersebut. Di desa ini ada suatu bangunan yang khusus menyimpan banyak benda, foto dan film dokumenter tentang beberapa peninggalan Belanda di akhir tahun 1800-an dan diawal tahun 1900-an di Bantul dan sekitarnya. 

Di museum ini, wisatawan akan dibawa kembali ke masa lampau, masa ketika Bantul dan Palbapang khususnya pernah menjadi pusat kota dan perekonomian. Ada foto yang menggambarkan Stasiun Kereta Palbapang di masa lampau yang menjadi pusat pertemuan kereta dari barat (Pabrik Gula Sewugalur), selatan (Pabrik Gula Gondanglipuro Ganjuran-Dawetan- Pabrik Gula Pundong) dan ke utara (Stasiun Bantul – Stasiun Tugu Jogjakarta).

Juga film tentang Pabrik Gula Gondanglipuro Ganjuran yang sangat terkenal, suasana pabrik, suasana perkebunan tebu dan suasana pedesaan tempo dulu.

Wisatawan juga akan disuguhi peristiwa monumental peresmian Candi Ganjuran yang terkenal itu dengan foto-foto proses peletakan batu pertama sampai peresmiannya. Juga tidak kalah penting foto-foto peresmian Gereja Ganjuran yang merupakan jejak katholik Belanda pada tahun 1924. Tidak ketinggalan beberapa benda koleksi peninggalan zaman kolonial seperti mata uang, surat, pakaian dan lain-lain.

Di sisi lain bangunan museum ini, wisatawan bisa melihat proses pembuatan makanan oleh-oleh khas Bantul, Madumongso. Proses pembuatan diawali dengan pembuatan tape ketan sebagai bahan utama makanan ini. Lalu pembuatanenten-enten dan terakhir memasak semua bahan, tape, enten-enten dan gula serta santan di atas tungku kayu bakar selama sekitar 4 jam.

Lalu proses selanjutnya adalah membuat bentuk yang diinginkan. Dan terakhir pengemasan. “Wisatawan bisa ikut merasakan sensasi mengaduk adonan tape, enten-enten, santan dan gula jawa di atas tungku api yang apinya harus selalu terjaga,” jelas Ketua Pengelola Desa Wisata Ngringinan Windu Kuntoro.

Selain membuat Madumongso, wisatawan juga bisa melihat dan ikut proses pembuatan usaha rumahan lainnya, seperti membuat tempe, membuat emping melinjo dan membuat gula batu atau gula Jawa. Proses pembuatan tempe diawali dengan pengolahan kedelai lalu dimasak dan selanjutnya dibersihkan. Setelah itu diberi ragi tempe/ usar dan selanjutnya pembungkusan.

Buah melinjo yang melimpah di Desa Wisata Ngringinan, membuat banyak warga yang menekuni usaha pembuatan emping melinjo. Wisatawan bisa melakukan proses ini baik waktu menyangrai ataupun waktu menumbuk buah melinjo.

‘’Sedangkan pembuatan gula batu ini dilakukan secara manual dengan memasak gula pasir rafinasi dan setelah melalui proses pendinginan selama 5 hari, bongkahan gula batu akan terbentuk dan akan dibuat kecil-kecil sesuai pesanan di pasaran. Demikian pula untuk pembuatan gula jawa, yaitu dengan mengolah nira atau mengolah gula jawa yang sudah jadi dibentuk menjadi gula Jawa ukuran yang lebih kecil,” tambah Windu.

Desa Wisata Ngringinan juga kaya akan produk kerajinannya, seperti patung kayu dan fiber juga kerajinan yang memanfaatkan mancung kelapa dan kelapa gabug yang dibentuk sangat unik dan menarik. Ngringinan juga kaya dengan produk seni budaya. Di Ngringinan ada perkumpulan kethoprak, dan juga jathilan. Tidak ketinggalan, terdapat juga beberapa festival rakyat seperti bersih desa,majemukan dan nyadran.

Perajin membuat patung kayu dengan berbagai model seperti orang, binatang atau benda-benda dengan cara yang sederhana dan sangat menarik dengan bahan dari kayu yang tidak begitu keras. Wisatawan bisa mencoba untuk membuat patung-patung itu dengan sangat mudah dan aman.

Begitu pula pembuatan kerajinan dari mancung kelapa atau pelepah bunga kelapa yang sudah kering dan berwarna coklat kehitaman. Mancung ini dibuat menjadi aneka kerajinan yang unik seperti kapal, rumah, asbak atau tempat buah.

“Wisatawan bisa mencoba membuatnya karena sangat mudah dan menarik, pola akan disiapkan dan wisatawan akan mencoba memotong dan menggabungkan pola-pola itu dan dengan bantuan perekat aneka kerajinan bisa dibuat wisatawan,” ujar Windu.

Ada juga aktivitas menarik yang masih bertahan di Desa Wisata Ngringinan. Yakni pande besi. Kerajinan yang menggunakan besi sebagai bahan baku untuk membuat berbagai alat dari besi baik untuk pertanian maupun kehidupan sehari-hari. Pande besi di desa ini membuat alat-alat seperti : cangkul, klenyem, sabit, cengkrong, labung/gobang, linggis, pedang, samurai, dll. Proses pembuatannya bisa disaksikan oleh wisatawan.

Bentang alam yang didominasi lahan persawahan memberikan daya tarik yang luar biasa, dimana wisatawan bisa menikmati pemandangan sawah dengan padi yang menguning. Wisatawan bisa menikmati suasana bercocok tanam, membajak sawah dengan kerbau atau sapi sambil ditemani puluhan bahkan ratusan burung bangau yang ikut bergabung dengan para petani atau ikut memanen padi yang menguning.

“Atau ketika suasana sedang kemarau, di mana pertanian palawija sedang berlangsung, wisatawan bisa mencoba menanam biji jagung atau kedelai dengan alat tanam dari kayu yang dinamakanceblok dan memanen jagung atau kedelai ketika musim petik berlangsung,” tambah alumnus Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.

Ada sejumlah paket ditawarkan untuk menikmati suasana Desa Wisata Ngringinan ini. Mulai paket Rp 85.000,-/orang hingga paket Rp 300 ribu/orang. Untuk paket Rp 85 ribu/orang akan mendapat fasilitas/aktivitas sepeda keliling desa, welcome drink (teh, klepon, kacang rebus, kelapa muda), pertunjukkan gejog lesung, kunjungan ke Museum Bantul Masa Belanda, ke industri rumahan Madumongso, emping/tempe dan mengunjungi Gereja & Candi Ganjuran.

Paket Rp 85.000 ini jika ditambah denganaktivitas pertanian seperti membajak sawah dengan garu yang ditarik kerbau/sapi, menanam padi, menanam jagung, memanen padi/jagung menjadi paket dengan harga Rp 185 ribu/orang. Atau jika tambah dengan aktivitas membatik kain/topeng menjadi Rp 150 ribu/orang. Fleksibel, mau aktivitas yang mana, harganya bisa disesuaikan.

Akses menuju Desa Wisata Ngringinansangat mudah. Desa wisata ini terletak di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul dan secara geografis terletak di pinggir jalur jalan raya Yogya – Pantai Samas tepatnya 15 Km arah selatan kota Yogya. Desa Wisata ini dekat dengan Gereja dan Candi Ganjuran. 

Untuk menuju ke Desa Wisata Ngringinan wisatawan bisa menggunakan bus antarkota dari terminal bus Giwangan jurusan Samas. Sekali naik bus dengan biaya sekitar lima ribu rupiah. Karena keterbatasan jumlah bus transportasi umum, maka perjalanan dengan bus umum akan terasa sedikit lama.

Desa Wisata Ngringinan secara administratif masuk Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas sekitar 0,25 Km (seperempat kilometer) persegi yang dibagi 10 RT dengan jumlah 495  KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.408 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani, buruh serta sebagian kecil pedagang, wirausaha dan sisanya pegawai pemerintah.

Karena merupakan daerah pedusunan dengan persawahan dan perkampungan penduduk, maka alamnya  masih asri dan masih menjunjung tinggi adat istiadat serta  kebudayaannya sehingga Desa Wisata Ngringinan tidak  hanya memiliki potensi di sektor kerajinan dan kesenian saja, akan tetapi Desa Wisata Ngringinanjuga  memiliki potensi wisata alam dengan aneka flora dan fauna bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Dusun  Ngringinan.

Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat mendukung dalam sektor pariwisata karena dikelilingi persawahan yang luas dan dengan sistem irigasi yang baik sehingga cenderung untuk mengarah ke pertanian padi sepanjang tahun, dan wisatawan akan sangat senang menikmati suasana pedesaan yang dikelilingi persawahan. Beberapa home industry ( usaha rumahan ) juga menjadi daya tarik yang unik. Untuk mendukung keberadaan desa wisata, 30 homestay tersedia di Desa Wisata Ngringinan. “Home stay ini sebagai bagian pelayanan kami untuk menyediakan tempat beristirahat  yang nyaman dan representatif sekaligus tempat berinteraksi dengan warga masyarakat sekitar sehingga wisatawan bisa merasakan suasana hidup di pedesaan yang sesungguhnya,” pungkas Windu. (***)

Trending

Exit mobile version