Jakarta, goindonesia.co – Pandemi COVID-19 yang melanda mancanegara membuat seniman di segala bidang beradaptasi. Salah satunya adalah Azizah Assattari yang dikenal sebagai penulis cerita komik Ghost Parade. Perempuan yang juga berprofesi sebagai kreator game itu baru-baru ini memamerkan karyanya berupa 707 koleksi seni metaverse atau NFT di Lentera Nusantara Studio, Bandung. Pameran dibuka untuk umum hingga 22 Februari 2022.
Semua karya diselesaikan Azizah selama dirinya menjalani aktivitas ketika pandemi melanda. Bertajuk Semesta Nusantara Gallery, karya-karyanya menampilkan tema Sapta Semesta Jagadnata yang menceritakan tentang penciptaan semesta dalam 7 pengetahuan Sang Pencipta.
“Maha Jagadnata juga dikenal sebagai Tuhan menamai siang, malam, langit, bumi, laut, dan semua makhluk hidup segera setelah menciptakannya. Menyelesaikan proses penciptaan itulah yang disebut sebagai Sapta Semesta Jagadnata, atau Tujuh Seni Liberal Penciptaan Semesta (Metaverse),” kata Azizah, dalam keterangan yang diterima detikcom.
Tujuh Seni Liberal Semesta (Sapta Semesta Jagadnata) dipisahkan menjadi dua bagian besar dalam perjalanan fisik dan jiwa manusia. Mereka adalah Trivium yang terdiri dari Grammatica, Dialectica, dan Rhetorica.
Sedangkan Quadrivium terdiri dari Arithmetica, Geometria, Musica, dan Astronomia. Trivium berfokus pada mempelajari seni dialog jiwa dan pikiran, sedangkan Quadrivium berfokus pada mempelajari seni menyusun dunia fisik yang sebenarnya.
Sapta Semesta Jagadnata merupakan lanjutan dari karya-karya Azizah Assattari yang sebelumnya telah dirilis dalam berbagai medium seperti game, komik, ilustrasi, animasi dan musik. Konsepnya pun menggabungkan sebuah galeri pameran fisik dengan pameran digital di metaverse dengan balutan nuansa atau konten lokal Indonesia yang kental.
Azizah ingin semua potensi seni Nusantara yang dimiliki bangsa ini dapat dikenal maupun berada di level standar global.
“Mimpi saya ini mungkin sudah banyak dimiliki oleh orang lain, namun saya rasa tidak banyak orang yang kuat untuk konsisten berada di jalur ini. Indonesia kaya akan seni dan budaya yang luhur, namun persaingan global menjadikan potensi tersebut seakan tertutup oleh tembok tinggi menjulang yang tidak jarang justru dibangun oleh anak bangsa sendiri demi keuntungan segelintir pihak,” ungkap Azizah.
Menurutnya, ia beruntung berada dalam lingkungan kreatif yang penuh dengan beragam ide. Termasuk bersama sosok Riri Amalas Yulita selaku mentornya di dunia kreatif multimedia.
Azizah dan Riri punya visi dan misi yang sama untuk karya seni Indonesia, yaitu memperkenalkannya di mata dunia dan sekaligus memerdekakan karya tersebut supaya tidak harus terpengaruh atau mengadopsi gaya seni dari bangsa lain yang walaupun secara bisnis sudah lebih dikenal.
“Kami tidak akan berhenti hanya sampai di pameran ini, karena kami juga merilis sebuah platform edukasi kreator digital bernama Lentera Creator’s Edu. Dari sini, kami ingin melahirkan banyak kreator yang bangga mengangkat tema budaya, kekayaan alam, dan pariwisata Indonesia dalam karyanya,” tukasnya. (***)