Photo : Sapta Nirwandar (Istimewa)
Jakarta, goindonesia.co : Event Global Tourism Forum, Leaders Summit Asia memiliki sesi khusus yaitu Global Halal Tourism dengan nara sumber dari DinarStandard, Kanada dan Korea Selatan, kata Sapta Nirwandar, Chairman Indonesia Tourism Forum ( ITF), hari ini.
” Kegiatan secara hybrid di Hotel Raffles, Jakarta 15-16 Septenber 2021 ini pada hari kedua jam 09.00- 10.00 WIB adalah sesi khusus mengenai Global Halal Tourism,” ungkap Sapta Nirwandar yang menjadi penyelenggara.
Menurut dia, ITF yang berafiliasi dengan World Tourism Forum Institute ( WTFI) diketuai oleh Bulut Bagci, menilai bahwa pandemi global COVID-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan gaya hidup (lifestyle) halal sehingga Indonesia bisa belajar dari negara-negara yang telah mengembangkan Halal Tourism meskipun mereka bukan negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
” Global Halal Tourism nara sumbernya tingkat dunia karena perkembangan halal tourism bukan hanya dibutuhkan di Indonesia tetapi jadi trend global,” kata Sapta Nirwandar yang juga Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC).
Meski selama pandemi global COVID-19 wisatawan Muslim yang keliling dunia turun karena banyak penguncian (lockdown), tapi tingkat kesadaran wisatawan Muslim maupun non Muslim pada Halal Tourism juga meningkat.
Pengertian secara umum wisata halal adalah bagian dari industri pariwisata yang ditujukan untuk wisatawan Muslim. Pelayanan wisatawan dalam pariwisata halal merujuk pada aturan-aturan Islam.
Kehadiran wisata halal ini juga tersedianya sebuah paket perjalanan yang mengacu pada aturan hidup ummat Islam, baik di sisi adab mengadakan perjalanan, menentukan tujuan wisata, akomodasi, hingga makanan.
“Halal tourism identik dengan kuliner sehat dan halal, waktu sholat yang terjaga dan bukan urusan indonesia saja tapi urusan global sehingga dengan para pembicara internasional ini kita bisa saling berbagi informasi ” kata Sapta.
Bicara wisata halal, ujarnya, maka Wakil Presiden KH.Ma’ruf Amin menegaskan yang dihalalkan bukanlah destinasi atau tempat tujuan wisatanya, melainkan pelayanannya. Termasuk di dalamnya hotel, restoran dan spa pun harus syariah.
Menurut Sapta, pengeluaran Muslim di sektor perjalanan pada 2019 sebelum COVID naik 2,7% dari US$ 189 milyar ke US$ 194 miliar. Meskipun pembelanjaan Muslim di perjalanan turun akibat pandemi global itu, namun DinarStandar memprediksi akan pulih ke tingkat 2019 tahun 2023 di angka US$ 195 miliar.
“Apalagi perusahaan perjalanan dunia memanfaatkan jeda waktu akibat pandemi dengan kegiatan untuk meningkatkan tekhnologi terutama dengan kecerdasan buatan (AI) sehingga lebih memudahkan konsumen dalam melakukan transaksi dan perjalanan terutama ke negara-negara Muslim Friendly,”
Tekhnologi AI diketahui dikembangkan oleh online HalalTravels yang berbasis di London dan HalalBooking.com yang mengembangkan tekhnologi pemetaan data lewat kemitraan dengan Expedia, tambah Sapta.
Pihaknya berharap Reem El Shafaki, Partner/ Lead of Travel & Tourism Sector DinarStandar, Dr Hamid Slimi, Conference Advisory Chairman Halal Expo Canada serta Dr James Noh, Co-founder & Direcfor General of the Korea Institute of Halal Industry ( KIHI) dapat memberikan pencerahan bagi peserta event hybrid yang melibatkan 101 pembicara nasional dan internasional.
Acara Global Tourism Forum yang dijadwalkan akan dibuka oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin selama dua hari juga menjadi momentum Indonesia untuk menjelaskan pada dunia bahwa pemerintah memiliki kebijakan – kebijakan bertahap dalam penanganan pandemi COVID-19.
” Sehingga dengan demikian kita dapat mengembalikan kunjungan wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia,” tegas Sapta. (***)