Jakarta – Ada sejumlah merek vaksin COVID-19 yang beredar dan telah diberikan kepada masyarakat dunia termasuk Indonesia. Vaksin tersebut tiga di antaranya yang sudah tiba di Tanah Air yakni Sinovac, Sinopharm, dan AstraZeneca. Lantas bolehkah suntik dua vaksin dari merek berbeda?
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Dr. Sonny Harmadi menjelaskan setiap vaksin memiliki metode berbeda tapi dengan tujuan yang sama yakni membuat tubuh kebal terhadap virus. Menurutnya, satu merek vaksin sudah lebih dari cukup.
“Sebetulnya setiap vaksin itu memiliki tujuan yang sama supaya tubuh kita, sistem imun tubuh kita mengenali virus ini, kalau misalkan vaksin Sinovac, virusnya dimatikan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh kita supaya dikenali,” ujarnya dalam Dialog Bahaya Penyebaran dan Penularan COVID-19 secara virtual, Sabtu (26/6/2021).
“Kalau Pfizer dan Moderna itu seinget saya pakai metode Messenger RNA, jadi materi genetik untuk bertransformasi itu proteinnya dia butuh Messenger RNA. Terus kalau AstraZeneca, dia pakai metode antivirus, tapi tujuannya sama,” jelasnya,
Beberapa vaksin tersebut, kata dia, memiliki khasiat dan fungsi yang sama yakni untuk melawan balik virus yang masuk ke dalam tubuh. Hanya saja berapa lama efektivitas bertahannya belum diketahui. Namun, ia tidak menyarankan untuk suntik dua vaksin dari merek yang berbeda.
“Jadi nggak perlu (pakai vaksin beda merek), tetapi kita belum tau nih si vaksin akan kuat bertahan berapa lama, ya kemungkinan butuh booster artinya harus divaksin lagi, sama artinya dengan vaksin influenza. Sebetulnya, influenza itu kan satu keluarga virus juga namanya Coronavirus gitu kan,” ungkap.
“Kalau misalkan seandainya nanti sudah selesai clinic trail yang ketiga pasti tau deh, oh ini hanya bertahan imunitasnya hanya satu tahun, 10 bulan, nah itu boleh divaksin lagi, kalau sebelum itu nggak perlu lah,” jelas Sonny.
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Dr. Alexander Ginting mengungkapkan masing-masing vaksin ada yang harus disuntikan dua kali ada juga yang sekali. Hal itu menyesuaikan bahan aktif dari vaksin tersebut.
“Jadi vaksin itu adalah memperkenalkan antigen virus terhadap tubuh kita, bisa dikasih pertama untuk memperkenalkan. Kedua, itu namanya booster untuk memperkuat. Tapi ada vaksin emang cukup sekali aja, misalnya dia yang messenger RNA yang mau dipakai, kalau AstraZeneca mesti dua kali sinopharm mesti dua kali,” ungkapnya.
“Tapi ada wacana Sinopharm dan Sinovac itu in-activated, jadi virus yang dilemahkan, beda dengan astrazeneca, beda dengan Pfizer itu dengan rekayasa genetiknya terhadap virus itu. Jadi untuk Sinovac dan Sinopharm ini ada lagi sekarang diteliti apakah dengan booster ketiga dia akan bisa lebih kuat,” pungkasnya.