Health

Komnas PA Edukasi Bahaya Zat BPA Melalui Program PAUD

Published

on

Sosialisasi Bahaya Zat BPA melalui program PAUD (Photo : Istimewa)

Jakarta, goindonesia.co — Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, mengajak semua pihak untuk menghindarkan masyarakat dari jenis kemasan makanan dan minuman mengandung zat berbahaya. Diantaranya jenis kemasan makanan dan minuman plastik dengan kode plastik No.7 yang mengandung zat Bisphenol A atau BPA.

“Ibu-ibu peralatan makanan bayi ini sudah free BPA. Tapi kalau kita masih mengambil air dari galon guna ulang dengan kode plastik No.7 sama juga bohong. Ada kemungkinan terjadi migrasi BPA dari air galon guna ulang itu ke makanan atau minuman,” ujar Arist Merdeka Sirait, di acara ‘Edukasi dan Sosialisasi Bahaya Zat BPA,’ di Gedung Sekolah Quantum, Bekasi Timur, Jawa Barat, Selasa (21/09/2021).

Arist Merdeka Sirait menekankan, betapa bahayanya jika Bisphenol A tersebut masuk ke dalam tubuh bayi, balita dan janin. “Sebab bayi termasuk kelompok usia rentan yang belum sempurna sistem detoknya,” tegasnya kepada para ibu-ibu yang menjadi peserta edukasi dan sosialisasi bahaya zat BPA tersebut.

Target dari sosialisasi tersebut, kata Arist,  agar masyarakat persis produk mana yang mengandung BPA. Itu sebabnya dalam sesi simulasi, ibu-ibu diberi kesempatan untuk melihat dan mengamati secara detil kemasan plastik makanan dan minuman dengan kode plastik No.7 yang mengandung BPA.

Saat edukasi dan sosialisasi panitia mengedarkan contoh kemasan plastik mengandung zat BPA, yang banyak beredar dan digunakan oleh masyarakat.  Kepada para ibu-ibu Arist meminta agar dapat mengamati galon kemasan plastik dari dekat.

“Ciri kemasan plastik seperti galon guna ulang yang mengandung BPA adalah, warnanya buram, keras dan kaku. Lebih jelas lagi ada tulisan kode plastik bernomor 7 di dalam bujur segitiga yang nampak tertulis di kemasan plastik galon guna ulang,” terang Arist.

Selanjutnya bagaimana zat BPA bisa meracuni usia rentan seperti bayi, balita  dan janin pada ibu hamil? Selama ini, botol bayi, piring bayi, dot bayi, sendok bayi dan segala peralatan bayi sudah free zat BPA. Tentu berdasarkan peraturan Pemerintah agar peralatan bayi free zat BPA.

Namun hal ini, kata Arist, tidak bekerja baik apabila dalam membuat susu bayi, atau menyenduh makanan bayi masih menggunakan air dari dispenser galon guna ulang.

Ketua KPAI : Arist Merdeka Sirait (Photo : Istimewa)

“Inilah awal zat BPA bermigrasi dan berpotensi masuk ke dalam tumbuh. Partikel zat BPA dari galon guna ulang bermigrasi ke air. Lalu dari air ini masuk ke dalam tubuh setelah digunakan untuk membuat makanan bayi dan anak- anak atau membuat susu,” papar Arist.

Begitu masuk ke dalam tubuh, lanjut Arist, zat BPA akan meniru hormon estrogen. Zat BPA juga salah satu senyawa endocrine disruptors yang akan mengganggu biosintesis, sekresi atau metabolisme alami suatu hormon.

“Zat BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa rute paparan. Namun yang utama adalah tertelan melalui makanan atau minuman, bisa saja melalui kulit dari mainan yang terkelupas,” ungkap Arist.

Pada saat bersamaan, ujar Arist, pihak BPOM juga diundang Komisi IX DPR RI untuk membahas soal bahaya zat BPA yang mereka bicarakan hari ini.

Komnas PA juga menggandeng Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berperan serta dalam kampanye tentang bahaya BPA. Di acara ‘Edukasi dan Sosialisasi Bahaya Zat BPA,’ Direktur PAUD Institute, Lia Amelia, menyampaikan, bahwa pembelajaran yang dilakukan Komnas PA adalah satu kegiatan positif.

“Terima kasih kepada Komnas Perlindungan Anak yang sudah melakukan edukasi bahaya zat BPA. Upaya ini diharapkan dapat dimengerti ibu-ibu dan masyarakat luas. Sehingga bisa memilih produk-produk yang kemasannya bebas dari zat BPA,” ujar Lia Amelia.

Edukasi ini merupakan langkah lanjutan setelah sebelumnya Komnas PA berkirim surat kepada BPOM agar kemasan plastik makanan dan minuman yang mengandung zat BPA diberi label. Sosialisasi ini bisa dibilang sebagai langkah awal dari gerakan kampanye untuk menghindari penggunaan kemasan plastik yang mengandung zat BPA berbahaya.

“Jadi sekarang sudah saatnya sosialisasi kepada ibu – ibu dan anak anak usia dini agar sudah mengetahui bahaya zat BPA dari kemasan plastik No.7,” ujar Lia.

Targetnya, para ibu-ibu dan anak-anak sudah tidak lagi mengonsumsi makanan dan minuman dari kemasan mengandung zat BPA. Para ibu-ibu jadi tahu apa itu senyawa zat BPA. Senyawa zat BPA tak lain singkatan dari Bisphenol A.

Berdasarkan struktur kimianya, zat BPA mempunyai dua gugus fenil, dua gugus metil dan dua gugus hidroksil (alkohol). Dalam bentuk bebas zat BPA dapat larut dalam lemak. Namun melalui proses metabolisme di dalam hati diubah menjadi senyawa yang agak lebih hidrofilik alias dapat larut dalam air./* Eddie Karsito

Trending

Exit mobile version