Foto: Korps Marinir Gelar Vaksinasi untuk warga di Taman Melati, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (12/10). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Jakarta, goindonesia.co – Studi baru mengungkapkan vaksin Covid-19 jenis Sinovac (CoronaVac) efektif memberikan perlindungan dari penyakit parah, rawat inap, hingga kematian akibat varian Omicron. Kendati demikian, penerima vaksin Sinovac kemungkinan membutuhkan dua kali suntikan booster vaksin lainnya agar tubuh memiliki perlindungan dari Covid-19 varian Omicron.
Penelitian tersebut merupakan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh Yale University dengan Kementerian Republik Dominika dan lembaga lainnya. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal online medRxiv namun belum ditinjau oleh rekan sejawat ahli kesehatan lainnya.
Dalam penelitian tersebut ditemukan dua dosis vaksin Sinovac plus booster vaksin Pfizer menghasilkan respons antibodi yang mirip dengan vaksin mRNA dua dosis. Vaksin mRNA dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna. Penelitian tersebut mengungkap campuran vaksin itu menghasilkan tingkat antibodi terhadap Omicron adalah 6,3 kali lipat lebih rendah jika dibandingkan dengan Covid-19 varian awal dan 2,7 kali lipat lebih rendah jika dibandingkan dengan varian Delta.
Akiko Iwasaki, salah satu peneliti, mengatakan melalui akun Twitternya bahwa penerima CoronaVac (vaksin Sinovac) kemungkinan memerlukan dua dosis booster tambahan untuk mencapai tingkat perlindungan yang diperlukan terhadap Omicron, seperti dikutip dari Reuters.
Berdasarkan penelitian yang menganalisis sampel dari 101 peserta di Republik Dominika, dua dosis vaksin Sinovac tidak menunjukkan respons netralisasi yang terdeteksi terhadap Omicron.
Sebelumnya, penelitian awal yang dilakukan University of Hong Kong menemukan tiga dosis vaksin Sinovac tidak ampuh melawan varian Omicron karena tidak menghasilkan antibodi penetral virus yang cukup. Setelah hasil penelitian ini diumumkan, Sinovac merilis penelitian tiga dosis vaksin Sinovac melawan Omicron. Hasilnya, dosis ketiga disebut “efektif dalam meningkatkan penetralan melawan strain Omicron.”
Disebutkan, 94% penerima tiga dosis Sinovac menghasilkan antibodi penetralisir yang cukup. Namun perusahaan tidak merinci tingkat antibodi seperti apa yang dihasilkan oleh tiga dosis Sinovac.
Menanggapi riset peneliti Yale University, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksinasi memang tidak memberikan proteksi sampai 100% terhadap penularan virus COVID-19. “Jadi semua orang yang sudah divaksin itu memiliki kemungkinan tetap tertular,” kata dia kepada CNBC Indonesia.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan meski sudah mendapatkan dosis vaksin lengkap. Karena, lanjut dr. Nadia, vaksinasi dan protokol kesehatan akan meningkatkan efektivitas dalam mencegah penularan virus COVID-19.
“Vaksin efektif melindungi kasus-kasus berat, bahkan kematian. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan, itu proteksi yang diberikan oleh [vaksin], orang tidak sakit berat itu sampai 77%. Jadi, risiko tetap ada. Tapi sudah berkurang,” tegas dia.
Selain itu, efektivitas vaksin juga tergantung dari kekebalan kelompok masing-masing. Namun, orang yang sudah divaksin memiliki proteksi lebih tinggi terhadap paparan virus dibanding mereka yang belum mendapatkan vaksinasi.
“Jadi ketika dikatakan bahwa Sinovac (dosis I), Sinovac (dosis II), Pfizer (dosis III), tidak bisa menghadapi Omicron, mungkin saja. Karena vaksin ini tidak memberikan perlindungan 100% terhadap penularan. Tapi terhadap sakit berat dan kematian bisa turun sampai dengan 77%,” terang dia. (***)