Health

1.988 Positif Covid-19 Omicron di Indonesia, Ini Gejala & Saran Kemenkes

Published

on

ILUSTRASI. 1.988 Positif Covid-19 Omicron di Indonesia, Ini Gejala & Saran Kemenkes

Jakarta, goindonesia.co. – Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kembali dalam level bahaya. Penambahan kasus Covid-19 secara umum meningkat pesat. Bersamaan itu, jumlah kasusCovid-19 Omicron juga bertambah. Masyarakat diminta mengenali gejala Covid-19 Omicron agar bisa mencegah penyakit ini menular.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat total pasien yang sudah terkonfirmasi Covid-19 Omicron di Indonesia sampai tanggal 26 Januari 2022 berjumlah 1.988. Dari jumlah pasien Covid-19 Omicron di Indonesia itu yang sudah sembuh atau selesai dirawat berjumlah 765 orang.

Total pasien pernah dirawat sejak awal kasus Covid-19 Omicron di Indonesia pada Desember 2021 sebanyak 854 pasien dengan rincian pasien asimtomatik 461, gejala jaringan 334 pasien, dan gejala sedang dan berat 59 pasien.

Sementara itu, berdasarkan data Satgas Covid-19, hingga Kamis (27/1) ada tambahan 8.077 kasus positif virus corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 4.280.248 kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Jumlah yang sembuh dari kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 1.643 orang sehingga menjadi sebanyak 4.129.305 orang. Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia bertambah 7 orang menjadi sebanyak 144.261 orang.

Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 35.704 kasus, bertambah 6.427 kasus dibanding sehari sebelumnya.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat mengetahui ciri-ciri atau gejala Covid-19 Omicron di Indonesia agar bisa melakukan pencegahan. Covid-19 Omicron memicu gejala ringan seperti flu biasa, batuk, dan demam dengan tingkat penularan yang cepat.

”Nanti kita akan melihat dalam waktu yang singkat kenaikan jumlah kasus yang cukup tinggi,” katanya dalam konferensi secara virtual, Kamis (27/1).

Ciri-ciri / gejala selanjutnya dari Covid-19 Omicron di Indonesia adalah tingkat perawatan di rumah sakit lebih rendah, begitupun tingkat keparahannya juga lebih rendah. Sehingga pasien yang masuk ke rumah sakit lebih sedikit daripada pasien yang melaksanakan isolasi mandiri (Isoman).

Strategi pemerintah dalam menghadapi gelombang Covid-19 Omicron di Indonesia ini sedikit berbeda dengan menghadapi gelombang Delta. Gelombang Delta memiliki tingkat keparahan tinggi sehingga pemerintah harus mempersiapkan rumah sakit dengan banyak tempat tidur.

Sedangkan Covid-19 Omicron di Indonesia ini yang tinggi adalah penularannya tapi keparahannya rendah. ”Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan. Jadi hanya gejala pilek, batuk, atau demam yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit,” ucap Menkes Budi.

Pemerintah menyiapkan tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 70.641. Kapasitas tempat tidur secara nasional berjumlah 120 ribu hingga 130 ribu.”Sebenarnya yang perlu masuk rumah sakit adalah pasien yang 59 itu. Yang perlu dirawat hanya kalau dia perlu di treatment oksigen,” ucap Menkes Budi.

Ia berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati. Yang paling penting selalu pakai masker, hindari kerumunan karena penularan akan semakin tinggi. Kalau bisa kerja di rumah, di rumah saja, tidak usah pergi kemana-mana karena risiko tertularnya sedang tinggi.

Tapi kalau pun tertular Covid-19 Omicron tidak usah panik yang penting disiplin isolasi sendiri dan minum vitamin, jika ada gejala ringan minum obat. ”Yang perlu ke rumah sakit kalau ada Lansia atau komorbidnya banyak, itu ke rumah sakit. Dan cepat-cepatlah divaksin untuk memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi varian baru,” tuturnya.

Itulah gejala Covid-19 Omicron yang banyak terjadi di Indonesia dan saran Kemenkes agar kasus tidak cepat menyebar. (***)

Trending

Exit mobile version