Berita Provinsi

Koordinasi Dalam Upaya Penurunan AKI dan AKB

Published

on

Dinkes Kalimantan Barat menggelar Koordinasi LP/LS Pokja Daerah Dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Barat (Foto : @kalbarprov.go.id)

Pontianak, goindonesia.co – Dinas Kesehatan Kalimantan Barat menggelar Koordinasi LP/LS Pokja Daerah Dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Barat, pada Kamis (1/8/2024) di Hotel Orchard Gajah Mada Pontianak.

Mewakili Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, dr. Purwitasari Aquarini Prehnansy menyebut, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia terbilang masih tinggi. Tingginya kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil, yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis dan lainnya. Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan data long form menyebut, Angka Kematian Ibu 246/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 17,47/1000 kelahiran kehidupan.

“Sementara jumlah kasus kematian ibu yang terlapor tahun 2022 sebesar 120 kasus meingkat menjadi 135 kasus di 2023. Demikian juga dengan kasus kematian bayi tahun 2022 sebesar 593 meningkat menjadi 818 kasus pada tahun 2023. Sehingga kematian ibu dan bayi masih menjadi masalah kesehatan di Provinsi Kalbar,” ucapnya.

Dikatakannya, sebagai upaya strategi dalam menurunkan AKI dan AKB, telah dibentuk Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Barat tentang kelompok kerja operasional percepatan penurunan AKI dan AKB tingkat Provinsi Kalbar. Untuk itu kegiatan ini bertujuan untuk membangun kerangka pikir untuk melakukan berbagai upaya strategis sesuai dengan sub kelompok kerja yang telah dibentuk dalam menurunkan AKI dan AKB di Kalbar. Kemudian melaksanakan berbagai kegiatan yang telah dirumuskan dalam sub kelompok kerja dalam upaya menurunkan AKI dan AKB.

“Kegiatan yang mendukung penurunan AKI dan AKB dimulai dari masa sebelum hamil, pelayanan kesehatan selama hamil, pertolongan persalinan serta masa nifas. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan secara adekuat melalui pelayanan kesehatan neonatal essensial, pelayanan kesehatan masa neonatal dan post neonatal hingga bayi berusia 1 tahun, sebagai langkah utama untuk mendapatkan pelayanan berkelanjutan sesuai usia anak. Meningkatnya AKI dan AKB di Kalbar salah satunya karena tingginya tenaga kesehatan dalam menginput data AKI dan AKB,” jelasnya.

Sementara itu, dr. Hutajulu dari RSUD Soedarso menyarankan untuk melakukan pencegahan dari hulunya. MIsalnya dengan memberikan peringatan atau tanda merah di buku KIA atau yang biasa disebut buku pink, kepada ibu hamil yang memiliki potensi AKI, AKB, serta Stunting. Seperti kehamilan ibu muda dibawah umur, HB yang rendah, jarak rumah yang jauh dari Fasyankes, dan lain sebagainya.  (***)

*Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

Trending

Exit mobile version