Puncak peringatan Hari Bumi tingkat Provinsi Jateng di Taman Syailendra, Jalan Telaga Warna, Kabupaten Wonosobo (Foto : @jatengprov.go.id)
Wonosobo, goindonesia.co – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendukung kemajuan kawasan dataran tinggi Dieng menuju Geopark Nasional di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Seperti yang tampak pada pada puncak peringatan Hari Bumi tingkat Provinsi Jateng di Taman Syailendra, Jalan Telaga Warna, Kabupaten Wonosobo, Senin (22/4/2024).
Geopark merupakan sebuah kawasan yang memiliki unsur geologi terkemuka termasuk nilai arkeologi, ekologi, dan budaya yang ada di dalamnya, di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam.
Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengatakan, dalam rangka Hari Bumi, pihaknya menyambut baik Dieng menuju Geopark Nasional.
“Kita harapkan mengupayakan status Geopark agar naik grade. Dan akan ditingkatkan biar go international,” kata Nana, di lokasi kegiatan.
Pihaknya yakin dengan kerja sama yang baik antara pemkab, pemprov, dan stakeholder untuk terus berbenah dan melanjutkan perkembangannya, itu bisa membuat Dieng menjadi lebih baik.
“Kita berupaya melakukan upaya pelestarian di kawasan Dieng,” sambungnya.
Hari Bumi ini, kata dia, adalah suatu ungkapan terima kasih kepada bumi. Orang nomor satu di Jateng ini berharap agar masyarakat terus melakukan langkah-langkah, untuk melestarikan dan menjaga agar kelestarian lingkungan bisa terjaga.
“Diharap pula tidak ada lagi kerusakan terhadap lingkungan. Kawasan Dieng ini merupakan salah satu tempat Geopark dengan keadaan alam yang sangat indah, karena ada pertanian serta sayuran atau tanaman. Misalnya kentang dan lainnya, yang sangat bermanfaat,” terang Pj gubernur.
Kepala Dinas ESDM Jateng Boedyo Dharmawan mengatakan, saat ini Dieng sedang berproses ditetapkan jadi Geopark Nasional. Pihaknya berharap Dieng tidak hanya menasional, tapi bisa lebih ke internasional.
“Kita berharap tidak hanya nasional, kita usulkan skala internasional dengan Unesco Global Geopark,” kata Boedyo.
Menurutnya, di kawasan Dieng, untuk pemanfaatan sumber daya alam panas bumi dapat berdampingan dengan pengembangan sektor lain, yaitu pengembangan seni dan budaya masyarakat, pengembangan pariwisata, pengembangan hortikultura unggulan, dan pengembangan lainnya.
“Di sini semua sektor berkembang bersama dalam satu kawasan,” tambahnya.
Tak Batasi Ekonomi Masyarakat
Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Jateng Heru Sugiharto menambahkan, saat ini Dieng sedang dalam tahapan permohonan untuk ditetapkan jadi Geopark Nasional. Dengan penilaian akhir pada Juni-Juli mendatang.
“Nanti akan ada tim penilai dari KNGI (Komite Nasional Geopark Indonesia). Insyaallah karena Dieng sudah siap, insyaallah akan lolos dari Kementerian. Dieng itu sudah siap baik masyarakatnya atau lainnya,” ujar Heru.
Dia menuturkan, dengan Dieng menjadi Geopark Nasional, nantinya bukan membatasi ekonomi masyarakat, tapi justru untuk pengembangan masyarakat, baik pendidikan, pariwisata, hingga pengembangan masyarakat, termasuk UMKM agar tidak mengesampingkan konservasinya.
“Ini tidak membatasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi, tapi akan meningkatkan ekonomi masyarakat biar lebih sejahtera. Juga konservasi tetap terjaga. Jadi menuju Geopark yang hijau, bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat di Dieng tanpa harus merusak taman buminya,” beber Heru.
Dia menerangkan, di Dieng ada 23 geosite yang tersebar di 13 geosite geologi di Banjarnegara dan 10 geosite di Wonosobo. Hal itu yang menurutnya perlu dilestarikan.
“Kita terus lakukan pembinaan terhadap stakeholder yang ada, mulai pariwisata, UMKM nya, pendidikan termasuk konservasinya,” tutupnya. (***)
*(Diskominfo Jateng)