Berita Kota

Waspada Peningkatan Kasus DBD, Dinkes DKI Ingatkan Warga Rutin Terapkan PSN 3M Plus

Published

on

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati bersama jajaran Dinkes, kader jumantik dan media berkeliling wilayah RW.06, Cipete Utara, Jakarta Selatan, dalam rangka melaksanakan gerakan PSN (Foto : @www.beritajakarta.id)

Jakarta, goindonesia.co – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta terus berupaya mengendalikan peningkatan kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di lingkungan warga. Pada hari Kamis (28/3), Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati bersama jajaran Dinkes, kader jumantik dan media berkeliling wilayah RW.06, Cipete Utara, Jakarta Selatan, dalam rangka melaksanakan gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang).

“Pencegahan DBD dilakukan dengan mencegah vektornya berkembang biak. Caranya melalui gerakan PSN 3M. Ini harus dilakukan secara rutin oleh kita semua,” kata Ani, Kamis (28/3).

Adapun, terkait jumlah kasus DBD di Jakarta terlihat naik dan Jakarta Barat menjadi kota tertinggi jumlah kasusnya. Salah satu penyebabnya karena kelembapan yang tinggi dan meningkatnya curah hujan, berpotensi pada peningkatan vektor penular DBD, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. 

Ani mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, namun tidak panik karena DBD dapat dicegah. Selain dengan gerakan PSN 3M Plus, kegiatan lain yang dapat mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk aedes adalah pelibatan masyarakat melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap RT/RW di bawah koordinasi lurah. Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk seperti lavender, sereh, jeruk nipis, dan lain-lain.

“Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dan melaksanakan PSN 3M Plus di tempat tinggal masing-masing minimal seminggu sekali. Saya rasa apabila gerakan satu rumah satu jumantik bisa dilakukan, ini bagus untuk Jakarta,” imbau Ani.

Selain itu, mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang cukup dalam ruangan, menghindari kebiasaan menggantung pakaian, serta memakai lotion antinyamuk yang dapat mencegah gigitan nyamuk, dan melakukan foging di daerah penularan.

Inovasi lain yang dilakukan adalah meluncurkan produk inovasi bidang kesehatan yaitu sistem ‘DBDKlim’ yang merupakan bentuk kerja sama antara BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika) dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. DBDKlim adalah program peringatan dini penyakit DBD berbasis iklim yang menyediakan prediksi angka insiden DBD hingga tiga bulan ke depan dan prediksi kelembaban udara hingga lima bulan ke depan di Provinsi DKI Jakarta.

“Jumlah kasus dan vektor masih dipengaruhi oleh iklim dan cuaca yang sedang terjadi. Untuk meminimalkan kejadian DBD, diluncurkan sistem DBDKlim,” jelasnya.

Gejala DBD

Lebih lanjut, Ani menjelaskan, infeksi pertama yang ditimbulkan apabila tertular DBD umumnya tidak disadari penderita, karena gejala yang tidak khas dan tidak membutuhkan perawatan. Saat seseorang terinfeksi ulang virus dengue, maka baru dikatakan mengalami penyakit demam berdarah dan gejala yang muncul menjadi lebih berat, hingga terjadi perdarahan dan pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit.

“Gejala DBD dapat bervariasi. Tetapi gejala umumnya meliputi demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi yang parah, sakit kepala yang parah, ruam kulit, nausea atau mual dan muntah, pendarahan dari gusi atau hidung, tekanan darah rendah, hingga kasus yang parah DBD dapat menyebabkan kegagalan organ, seperti gagal ginjal atau kerusakan hati, serta sindrom syok dengue yang dapat mengancam jiwa,” imbuh Ani.

Jika ditemukan gejala menyerupai DBD, Ani mengimbau agar warga segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat. Untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD di wilayah DKI Jakarta, Dinkes DKI Jakarta telah menyiapkan layanan kesehatan, seperti melakukan penatalaksanaan pasien DBD secara memadai di fasilitas pelayanan kesehatan dengan tenaga kesehatan profesional, obat-obatan, dan pemeriksaan penunjang laboratorium yang diperlukan. Adapun layanan tersebut diberikan di 44 Puskesmas Kecamatan, 292 Puskesmas Pembantu, dan 31 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). 

Selain itu, Ani melanjutkan, ketersediaan tempat tidur bagi pasien juga disiapkan hingga pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi di RSUD bagi pasien yang membutuhkan rawat inap dan intervensi lanjutan. Sementara layanan ambulans rujukan di Puskesmas Kecamatan dan Rumah Sakit Daerah, serta layanan ambulans gawat darurat dari PK3D (Pusat Krisis dan Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah) Provinsi DKI Jakarta yang berjaga di area fasilitas umum wilayah DKI Jakarta dapat di akses masyarakat melalui 112/119. (***)

*Dinas Kominfotik Pemprov DKI Jakarta

Trending

Exit mobile version