Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya yang sekaligus Bunda PAUD dan Bunda Literasi serta Ketua Forum Puspa Srikandi Kota Surabaya, Rini Indriyani Eri Cahyadi kembali melaunching buku yang digelar di Graha Unesa Surabaya (Foto : @www.surabaya.go.id)
Surabaya, goindonesia.co – Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya yang sekaligus Bunda PAUD dan Bunda Literasi serta Ketua Forum Puspa Srikandi Kota Surabaya Rini Indriyani Eri Cahyadi kembali melaunching buku yang digelar di Graha Unesa Surabaya, Selasa (30/4/2024). Jika sebelumnya hanya meluncurkan sebuah buku berjudul “Fafa Belajar Menabung”, kali ini meluncurkan 3 buku sekaligus tentang perlindungan dari kekerasan hingga belajar tentang mitigasi bencana.
Tiga buku yang baru diluncurkan itu adalah “Stop Aku Tidak Suka” yang berkaitan dengan perlindungan dari kekerasan, kemudian buku berjudul “Belajar Tentang Kebakaran dan Cuaca Ekstrim”, lalu “Banjir dan Gempa” yang berkaitan dengan mitigasi bencana. Peluncuran buku itu dihadiri oleh perwakilan dari Kemendikbuk dan juga Kementerian PPA. Hadir pula sekitar 4.347 bunda PAUD se-Surabaya.
Pada kesempatan itu, Rini Indriyani bersyukur karena tiga bukunya sudah bisa terbit dan sudah bisa disebarkan kepada anak-anak Surabaya. Menurutnya, buku “Stop Aku Tidak Suka” ini dicetak dengan bantuan CSR dari pihak swasta dan akan dibagikan secara gratis kepada seluruh satuan pendidikan jenjang PAUD dan SD di Kota Surabaya.
“Pemberian buku ini sebagai hadiah Hari Jadi Kota Surabaya sekaligus wujud komitmen dan kepedulian penulis terhadap pentingnya literasi dalam pendidikan anak usia dini dan perlindungan anak di Kota Surabaya,” kata Rini.
Ia menjelaskan bahwa buku ini disusun dengan bantuan tim penyusun yang terdiri dari psikolog klinis dan psikologi agama. Hal ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai edukasi dalam buku ini, khususnya terkait dengan perlindungan anak.
Melalui metode mendongeng yang menyenangkan, buku ini akan memberikan pemahaman kepada anak-anak usia dini tentang perlindungan anak atas bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh oleh orang lain, dan berani berkata tidak dan meminta pertolongan kepada orang dewasa jika mereka merasakan ketidaknyamanannya atas perlakuan orang lain.
“Jadi, melalui buku ini kita ajarkan sejak dini bagaimana menjaga diri. Kalau sudah diajarkan sejak dini, maka mereka akan berani menolak dan berkata tidak ketika disentuh barang-barang atau badannya yang tidak boleh disentuh oleh orang lain,” tegasnya.
Selain itu, ia juga meluncurkan buku mitigasi bencana untuk jenjang PAUD. Bagi dia, ini sangat penting bagi anak-anak usia dini untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan terkait dengan mitigasi bencana.
Ia menjelaskan bahwa buku ini dikemas dengan ilustrasi yang menarik dan dilengkapi dengan kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak, terutama untuk mempraktekkan pengetahuan mereka tentang mitigasi bencana. “Diharapkan dengan adanya buku ini anak-anak usia dini dapat lebih siap menghadapi bencana alam,” tegasnya.
Rini juga bersyukur karena ternyata tiga buku yang baru diluncurkan itu diapresiasi oleh Kemendikbud dan juga Kementerian PPA. Pasalnya, tiga buku pembelajaran itu selaras dengan program pemerintah pusat yang terus berusaha menekan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan. “Makanya, di Surabaya kita ingin ajarkan pencegahan kekerasan itu sejak dini karena itu butuh pembiasaan sejak anak-anak,” katanya.
Ia juga menceritakan sempat bertemu dengan seorang anak yang tidak mau disentuh olehnya. Padahal, sudah diberi tahu bahwa yang berada di sampingnya itu adalah istri Wali Kota Surabaya, tapi anak itu tetap saja tidak mau disentuh. Setelah ditanyakan, ternyata anak itu memang diajarkan oleh ibundanya tidak boleh disentuh oleh orang yang tidak dikenal meskipun sesama perempuan.
“Artinya, di sini ibundanya berhasil mendidik dan mengajarkan anak ini, bahwa tidak boleh disentuh oleh siapapun yang tidak dikenalnya, walaupun itu perempuan sekalipun. Nah, ini sangat luar biasa,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap melalui tiga buku ini, anak-anak Surabaya bisa melindungi dirinya sendiri dari kekerasan dan bisa siap apabila terjadi bencana alam. “Saya yakin anak-anak Surabaya bisa menjadi anak-anak hebat ke depannya,” pungkasnya. (***)
*Pemerintah Kota Surabaya