Ustadz S.IQ.SPd, Mahyudin MA (Dokumentasi : diskominfo@www.padang.go.id)
Padang, goindonesia.co – Ustadz S.IQ.SPd, Mahyudin MA bercerita, seorang penggali kubur. Cerita ini bukan dongeng, dan bukan pula khayalan, tapi kisah nyata dari kota Damaskus.
Cerita ini diuraikan ustadz Mahyudin yang juga pimpinan rumah Tahfiz di Bunga Mas tahap 3 blok i no 4, Koto Panjang Ikua Koto, Kec. Koto Tangah, Kota Padang pada santriwan santriwati serta jemaah masjid Al Kautsar di Perum Bungo Bumi Indah, Bungo Pasang, Senin (27/3/2023).
“Ada seorang penggali kuburq jauh di luar negeri sana, di kompleks pemakaman masyhur di kota Damaskus. Di pemkaman tersebut banyak dimakam para ulama, serta para syuhada,”ungkap Ustadz Mahyudin pada santriwan santriwati masjid Al Kautsar.
Suatu hari; penggali kubur ini didatangi seorang wanita, lalu meminta untuk menggalikan kubur.” Ya siap,” jawab penggali kubur itu yang sekaligus meminta ukuran kuburan yang dimintanya.
Dua jam kemudian ucap ustadz, datang rombongan membawa jenazah yang tak begitu ramai mengantarkan ke pemakaman itu.
Si penggali kubur ikut menurunkan mayat ke liang lahat,tiba tiba ia melihat taman yang indah. Saking indahnya ia pingsan.
Setelah penggali kubur itu sadar, ada yang bertanya.” Kenapa kamu pingsan. Ia menjawab dengan jujur, ia melihat taman yang sangat indah, ucapnya.Namun orang yang mendengar tak percaya, dianggap berhalusinasi, “ungkap ustadz Mahyudin
Para santriwan santriwati dan jemaah masjid Al Kautsar sempat termangu mendengar uraian cerita Ustadz Mahyudin itu.
Selang satu bulan, wanita itu kembali mendatangi penggali kubur itu. “Tolong galikan kuburan lagi ukurannya sama dengan dengan yang dulu. Ia bergegas menggalinya. Tak lama kemudian wanita itu datang bersama rombongan membawa jenazah ke makam.Penggali kubur itu kembali ikut turun ke dalam kuburan. Ia melihat lagi hal yang sama, yakni taman yang indah.Tapi ia tidak pingsan.
Setelah selesai penguburan, si penggali kubur menghampiri wanita itu. “Ibu siapa yang meninggal yang pertama dulu, Anak saya, saya yang kemalangan itu, balas wanita itu. Siapa dia, tanya penggali kubur itu mendesak ibu tersebut. Ia anakku yang pertama penghafal Alqur’an. Lalu yang kedua ini siapa lagi yang meninggal, yang baru saja dikuburkan, tanya penggali kubur lagi. Yang kedua abangnya bekerja tukang cari kayu.
Hasilnya untuk membiayai adiknya penghafal Alquran itu, ”ucap ustadz Mahyudin mengurai ceritanya dengan kagum.
Rupanya setelah mengetahui siapa yang meninggal itu, ungkap ustadz Mahyudin, penggali kubur itu langsung berhenti bekerja sebagai penggali kubur.
“Penggali kubur itu mendatangi ustadz di salah satu masjid di Damaskus. Pak ustadz aku ingin belajar agama Islam,” ujar penggali kubur itu.
“Apa yang membuatmu ingin belajar agama Islam, sedangkan umurmu sudah hampir 50 tahun,”jawab ustadz.
Lalu si penggali kubur itu menceritakan kisah yang dialaminya.“ Kali begitu baiklah.” Ambil Alqur an. Mari mengaji mulai dari awal,”kata ustad pada penggali kubur.
Penggali kubur tersebut belajar dengan tekun sampai menjadi ulama besar di Damaskus. Penggali kubur ini bernama Syeikh Abdurrahman Al-Haffar. Beliau memiliki keturunan yang juga menjadi ulama dan pecinta ilmu agama Islam salah satunya adalah Abdur Razaq Al-Haffar, ucap ustadz Mahyudin.
Jadi menuntut ilmu itu tidaklah tergantung pada usia, asalkan bersungguh-sungguh dan ikhlas, lillahi ta,ala dalam mempelajarinya maka Allah SWT pasti menunjukkannya, ucap ustadz Mahyudin. (***)
*diskominfo@padang.go.id