Kabupaten

Pawai Ogoh-ogoh di Senduro, Menggugah Jiwa Spiritual dan Pesona Budaya Lumajang

Published

on

Pawai Ogoh-ogoh mulai dari Pura Mandara Giri Semeru Agung hingga Pasar Senduro (Foto : Dok. Kominfo-lmj/Bustomi, @portalberita.lumajangkab.go.id)

Lumajang, goindonesia.co – Tiap tahunnya, semangat meriah menyelimuti Kabupaten Lumajang saat mendekati perayaan Hari Raya Nyepi. Salah satu momen yang paling dinantikan adalah pawai Ogoh-ogoh, sebuah tradisi yang menjelma menjadi magnet bagi masyarakat, khususnya di Kecamatan Senduro.

Mulai dari Pura Mandara Giri Semeru Agung hingga Pasar Senduro, jalanan disulap menjadi lautan manusia yang berbondong-bondong hadir untuk menyaksikan pawai Ogoh-ogoh, menciptakan aura kebersamaan yang tiada tanding.

Pada tahun ini, Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1946 dirayakan pada 11 Maret 2024, menandai kehadiran kembali momen suci bagi umat Hindu.

Saat dimintai keterangan di sela acara, Minggu (10/3/2024) malam, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, Yuli Harismawati menyatakan bahwa pawai Ogoh-ogoh, sebagai salah satu rangkaian ritual ibadah umat Hindu, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi warga. Tidak hanya sekadar tradisi, pawai ini mampu menarik perhatian dari masyarakat berbagai daerah, memperlihatkan betapa pentingnya kegiatan ini dalam memupuk rasa kebersamaan dan keagungan tradisi lokal.

“Rangkaian Hari Raya Nyepi dengan pawai Ogoh-ogoh. Upacara agama, adat, dan seni budaya yang lestari menjadi daya tarik wisata. Ini selalu menjadi daya tarik bagi orang untuk datang dan melihat,” tuturnya.

Dirinya mengharapkan, kegiatan keagamaan seperti saat ini tentu dapat menjadi agenda yang bisa diinformasikan sebagai bagian dari paket wisata. Ritual keagamaan yang kental adat budaya sangat diminati oleh wisatawan regional, nasional, bahkan mancanegara. Mereka ingin merasakan keindahan upacara adat dan keagamaan yang sarat akan nilai budaya.

Sementara itu, Penasehat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang, Edy Sumianto menjelaskan bahwa Ogoh-ogoh bukan semata simbol sifat-sifat negatif yang ada di dalam diri manusia, tetapi juga di alam semesta. Pawai Ogoh-ogoh, yang diakhiri dengan pembakaran patung Ogoh-ogoh, bermakna untuk membersihkan diri dari segala sifat negatif tersebut.

“Ogoh-ogoh yang diarak sebelum akhirnya dibakar adalah simbol dari pemusnahan segala sifat negatif yang menghambat kehidupan. Harapannya, setelah dibakar, manusia dapat memulai kehidupan baru tanpa terbebani oleh sifat negatif,” paparnya dengan penuh makna.

Edy menambahkan, bahwa Pawai Ogoh-ogoh menjadi ritual wajib yang harus dilakukan sebelum menyambut Hari Raya Nyepi, menegaskan kesucian dan kebersihan jiwa sebagai persiapan menghadapi tahun baru Caka. (***)

*Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lumajang

Trending

Exit mobile version