Ilustrasi turunkan stunting (Foto : @bojonegorokab.go.id)
Bojonegoro, goindonesia.co – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro optimis bisa menurunkan angka stunting hingga di bawah 10% pada akhir 2024. Hal ini setelah melihat penurunan signifikan angka stunting hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dari 24% menjadi 14% pada tahun 2023.
Data hasil pencatatan rutin melalui Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPBGM) Kemenkes pada 2024, menunjukkan presentase balita stunting Kabupaten Bojonegoro 2.04%.
Kepala Dinkes Bojonegoro, Ani Pudjiningrum, menyatakan kasus stunting bisa ditekan lebih rendah lagi pada akhir tahun 2024 dengan beberapa strategi. Tim Dinkes memastikan agar pengumpulan data dan pengukuran balita pada survei kesehatan oleh enumerator Kemenkes dilakukan dengan tepat dan sesuai SOP.
Dalam hal ini, pihaknya telah dilakukan beberapa kegiatan diantaranya pengukuran dan pemantauan rutin, pemberian PMT, audit stunting, serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya koordinasi semua pihak.
“Tentu dibutuhkan kerja sama dari seluruh komponen masyarakat untuk menekan lagi angka stunting di Bojonegoro,” tuturnya.
Kepala Dinkes juga mengajak masyarakat untuk selalu menjaga pola makan yang baik, menerapkan pola hidup sehat, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. “Juga selalu menjaga kebersihan wilayah masing-masing,” tuturnya.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Hal ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Stunting bisa disebabkan oleh malnutrisi yang dialami ibu saat hamil atau anak pada masa pertumbuhannya.
Sementara itu, Supriyatin, warga Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro mengatakan anaknya sempat mengalami gejala stunting. Namun, berkat kader kesehatan di desanya melalui Posyandu, anaknya bisa tertangani. “Alhamdulilah, anak saya selalu mendapat perhatian termasuk kebutuhan gizinya,” pungkasnya. (***)
*PEMKAB BOJONEGORO