Berita Kota

Beri Rasa Aman, Pemkot Yogya Terjunkan 166 Petugas Pemantauan Penyembelihan Hewan Kurban

Published

on

Petugas memeriksa bagian mulut sapi hewan kurban sebelum disembelih atau antemortem di tempat penyembelihan hewan kurban di wilayah Mrican Giwangan. (Foto : @warta.jogjakota.go.id)

Umbulharjo, goindonesia.co – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta menerjunkan sekitar 166 petugas pemantauan penyembelihan hewan kurban di masyarakat atau di luar Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Giwangan. Pemantauan itu untuk memastikan hewan kurban Iduladha sehat dan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sukidi mengatakan peran petugas pemantauan adalah memeriksa kondisi kesehatan hewan kurban sebelum dan sesudah disembelih. Termasuk memberikan arahan kepada panitia penyembelihan hewan kurban jika ditemukan penyakit pada hewan kurban.

“Tujuan pemantauan ini untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat bahwa hewan yang disembelih dan daging yang akan dikonsumsi betul-betul aman dan sehat,” kata Sukidi ditemui saat apel siaga petugas pemantauan penyembelihan hewan kurban di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Minggu (16/6/2024) sore.

Para petugas pemantauan hewan kurban itu berasal dari Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran hewan UGM, mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, sekolah vokasi kedokteran hewan UGM, UNY, UAD serta dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia. Mereka memantau kesehatan hewan kurban di sekitar 522 tempat penyembelihan di masyarakat Kota Yogyakarta.

“Jadi ini para petugas langsung menuju ke tempat-tempat penyembelihan hewan kurban di wilayah Kota Yogyakarta untuk melakukan pemeriksaan sebelum penyembelihan atau antemortem. Besok pagi (Hari Iduladha)  pemeriksaan kembali pasca penyembelihan atau postmortem sampai selama tiga hari tasyrik,” terangnya.

Menurutnya penyakit yang perlu menjadi perhatian dan diwaspadai pada  hewan kurban seperti sapi adalah penyakit mulut dan kuku (PMK), antraks serta penyakit kulit Lumpy Skin Disease (LSD). Misalnya ciri penyakit antraks ada pembengkakan di rongga dada dan kalau sudah parah akan mengeluarkan darah seperti di hidung dan mulut. Adapun hasil pemantauan di tempat penjualan hewan kurban di Kota Yogyakarta sampai Minggu (16/6/2024) masih aman karena tidak ada gejala ketiga penyakit itu maupun penyakit lain.

“Yang diwaspadai setelah penyembelihan seperti organ hati kalau sudah terinfeksi kondisinya tidak utuh ada lubang-lubang kecil. Kalau sudah seperti itu tidak boleh dikonsumi, harus dimusnahkan. Petugas akan memberikan arahan,” paparnya.

Kepala Bidang Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Imam Nurwahid, menambahkan, pemeriksaan antemortem meliputi fisik dari surat keterangan kesehatan hewan, kondisi fisik hewan memenuhi standar layak dan tanda-tanda visual perilaku hewan. Sedangkan pemeriksaan postmortem dari sisi hygiene, sanitasi, proses penyembelihan pembuangan limbah, lokasi penyembelihan layak dan kondisi daging dalam kondisi sehat.

Salah satu titik pemantauan dilakukan di tempat pembelihan hewan kurban Masjid Al Ikhlas Mrican Giwangan. Petugas memeriksa hewan kurban sapi secara fisik seperti pemeriksaan pada bagian mulut.

“Semua (sapi) dalam kondisi sehat. Penyakit yang diwaspadai seperiti LSD atau dikenal lato-lato, bisa menular ke sapi lain. Tapi tidak menular ke manusia, ” tandas petugas pemantau hewan kurban drh Supriyanto saat memeriksa hewan kurban di Mrican Giwangan. (***)

*Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta

Trending

Exit mobile version