Internasional

Indonesia Minta AS Hormati Hukum Internasional secara Konsisten

Published

on

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno L.P. Marsudi, memimpin Pertemuan para Menlu ASEAN dan Amerika Serikat (AS) bersama Menlu AS, Antony Blinken, di Vientiane, Laos (Foto : @kemlu.go.id)

Vientiane, Laos, goindonesia.co – Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno L.P. Marsudi, memimpin Pertemuan para Menlu ASEAN dan Amerika Serikat (AS) bersama Menlu AS, Antony Blinken, di Vientiane, Laos (27/7). Indonesia adalah Koordinator Kemitraan ASEAN-AS periode 2021-2024.

Memulai pidato pembukanya, Menlu memaparkan capaian-capaian utama kerja sama ASEAN – Amerika Serikat dalam tiga tahun terakhir, antara lain:

  • Meningkatnya status kemitraan menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership).
  • Suksesnya penyelenggaraan KTT ASEAN – AS pada Mei 2022 dan menghasilkan Joint Vision statement.
  • Komitmen untuk memajukan kerja sama ekosistem kendaraan listrik di kawasan, yang merupakan inisiatif baru bagi kawasan.
  • Dukungan AS untuk ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sebagaimana tertera dalam kesepakatan ASEAN – US Leaders’ Statement on Cooperation on the AOIP, untuk majukan isu-isu penting termasuk maritim, konektivitasm SDGs dan ekonomi.
  • Pembentukan ASEAN-US Center di Washington DC untuk mendorong kerja sama untuk public-private partnership. Ini adalah kerja sama sektoral baru.

Selanjutnya, Menlu mengangkat mengenai pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional. “Kemitraan ASEAN dan Amerika Serikat harus berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas dunia. Hukum internasional harus ditegakkan di mana pun, di Ukraina, di Laut China Selatan dan tentunya di Palestina”, tegas Retno.

“Kita tidak bisa menutup mata akan kondisi krisis kemanusiaan di Gaza. Saat kita bicara di sini, lebih dari 40 ribu orang dibunuh. Gencatan senjata harus segera dilakukan untuk hentikan kekejaman ini”, lanjutnya. Menlu Retno mengajak Amerika Serikat dan ASEAN untuk bersama-sama memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.

Sementara itu, dalam pernyataan nasionalnya, Menlu Retno menyampaikan dua hal :

Pertama, Amerika Serikat sebagai mitra untuk perdamaian.

“Sebagai mitra, kata Retno, penting bagi kita untuk menghormati hukum internasional. Menciptakan budaya dialog juga penting,” katanya. Karenanya, Indonesia menyambut baik komitmen AS untuk melanjutkan dialog dengan RRT. Selain itu, sentralitas ASEAN juga harus terefleksi dalam berbagai kerja sama antara ASEAN dan AS.

Kedua, Amerika Serikat sebagai mitra untuk pertumbuhan.

Menlu Retno menyampaikan pentingnya negara-negara ASEAN meningkatkan kapasitas industrinya, termasuk untuk sektor mineral kritis. Terkait ini, Indonesia berharap AS sebagai negara anggota dari Minerals Security Partnership untuk berkontribusi membantu negara-negara di kawasan untuk bisa memenuhi standar ESG (Environmental, Social and Governance) untuk mineral.

Retno menyampaikan bahwa kemitraan ASEAN dan AS harus menjadi faktor utama dan penentu dalam menciptakan kawasan Indo-Pasifik yang stabil dan menguntungkan bagi semua.

Pertemuan ASEAN – AS membahas isu-isu penting kawasan maupun global, antara lain, perdamaian dan stabilitas kawasan, isu Palestina, perubahan iklim, peningkatan kapasitas, perdagangan, ekonomi digital, infrastruktur, artificial intellegence, keamanan siber, energi bersihkendaraan listrik, konektivitas, dan keamanan maritim.

Pertemuan ASEAN-AS kali ini merupakan pertemuan yang terakhir di bawah koordinasi Indonesia. Untuk periode 2024-2027, Indonesia akan menjadi Koordinator Kemitraan ASEAN-Australia. (***)

​*Sumber: Kementerian Luar Negeri

Trending

Exit mobile version