Internasional

Efek Serangan Rusia, PBB: 422 Ribu Orang Tinggalkan Ukraina

Published

on

Foto: Ilustrasi pengungsi Ukraina (AP/Vadim Ghirda)

Jakarta, goindonesia.co – Serangan Rusia terhadap Ukraina memaksa banyak warga Ukraina mengungsi ke wilayah yang masih aman, bahkan ke luar negeri.

Juru Bicara UNHCR, lembaga PBB yang bertugas mengurusi pengungsi, Laura Padoan mengatakan, sebanyak 422.000 orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga per Senin (28/2/2022).

“Sementara, lebih dari 100.000 orang mengungsi di dalam negeri,” katanya melalui Twitter, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Pekan lalu, PBB menyebut ada lebih dari 120.000 warga Ukraina yang telah meninggalkan negaranya untuk menyelamatkan diri dari serangan Rusia.

Wakil Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Kelly Clements mengatakan bahwa ada sekitar 4 juta orang yang berusaha melintasi perbatasan saat krisis di Ukraina berlanjut.

Clements mengatakan warga Ukraina terpaksa membuat “keputusan hidup atau mati”. Ada sekitar 850.000 orang yang berlindung di tempat pengungsian sementara dan lebih dari 120.000 orang telah meninggalkan Ukraina.

“Kita sedang menghadapi krisis kemanusiaan di negara ini sejak delapan tahun terakhir dan sekarang kondisinya menjadi jauh lebih buruk,” kata dia, dikutip CNN Internasional.

“Kami melihat ada lebih dari 120.000 orang yang telah kabur ke negara tetangga. Dan menurut saya, sambutan yang mereka terima dari komunitas lokal, dari otoritas lokal luar biasa,” tambahnya.

Clements menambahkan, ada antrean di sejumlah penyeberangan perbatasan negara. Mereka ingin menyeberang ke negara tetangga Moldova. Dia memperkirakan, gelombang pengungsi dari Ukraina masih akan terus berlanjut.

Hingga saat ini, Rusia masih terus melancarkan serangan ke Ukraina. Militer Ukraina berusaha menahan pasukan Rusia dengan meledakkan jembatan yang menghubungkan Ibu kota Kyiv dengan Krimea, yang telah dikuasai Rusia.

Serangan bertubi-tubi dari Rusia sejak Kamis (24/02/2022) telah menyebabkan sedikitnya 198 korban jiwa, 33 di antaranya adalah anak-anak. Meski demikian, Moskow membantah bahwa mereka menyasar warga sipil dan hanya menargetkan objek militer. (***)

Trending

Exit mobile version