Internasional

Efek Sanksi Dunia, Jutaan Barel Minyak Rusia Tidak Laku!

Published

on

Foto: Reuters

Jakarta, goindonesia.co – Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan sebanyak tiga juta barel minyak asal Rusia tidak akan ditemukan peredarannya di pasar mulai April mendatang, seiring dengan bertubi-tubi sanksi yang diberikan ke negara ini sejak serangan yang dilancarkan ke Ukraina pada 24 Februari 2022 mendatang.

Sanksi yang diluncurkan sejumlah negara ke Rusia juga membuat calon pembeli menunda, dan bahkan meninggalkan minyak Rusia.

Naiknya harga komoditas dan sanksi terhadap Rusia “diperkirakan akan cukup menekan pertumbuhan ekonomi global” dan berdampak pada inflasi, kata IEA yang berbasis di Paris, dikutip dari Reuters, Rabu (16/03/2022). Kondisi ini menunjukkan gambaran suram tentang kekurangan pasokan dan ketidakpastian untuk pasar minyak.

Itu adalah laporan bulanan pertama tentang minyak dari IEA, yang mewakili 31 negara penghasil minyak kecuali Rusia. Seperti diketahui, sejak serangan Rusia ke Ukraina sempat membawa harga minyak mentah Brent ke hampir US$ 140 per barel.

“Kami melihat pengurangan total ekspor (Rusia) sebesar 2,5 juta barel per hari, di mana minyak mentah menyumbang 1,5 juta barel per hari dan produk minyak 1 juta barel per hari,” kata IEA dalam laporan minyak bulanannya.

Selain itu, IEA memproyeksikan permintaan domestik Rusia juga lebih rendah untuk produk minyak.

“Kerugian ini bisa semakin dalam jika larangan atau kecaman publik dipercepat,” kata IEA.

Rusia mengekspor 7 juta hingga 8 juta barel minyak mentah dan produk minyak setiap harinya.

IEA menurunkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal kedua hingga keempat tahun 2022 sebesar 1,3 juta barel per hari. Selama setahun penuh, IEA memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak sebesar 950.000 barel per hari hingga 2,1 juta barel per hari dengan rata-rata permintaan minyak dunia diperkirakan mencapai 99,7 juta barel per hari pada tahun ini.

Itu berarti tahun ketiga di mana permintaan minyak dunia masih di bawah tingkat pra-pandemi yang sebelumnya terlihat pulih oleh Badan Energi Internasional tersebut pada tahun 2022. (***)

Trending

Exit mobile version