Ama R. Hery Herdiana (Foto : Istimewa)
Oleh: Ama R. Hery Herdiana
Assalamaualaikum wrwb sahabat fillah.
Jakarta, goindonesia.co -Sebuah pangeling atau peringatan bagi kita semua yang sedang menempuh perjalanan menuju Alloh. Bukan hanya kesulitan yang menghadang, tetapi banyak tipu daya atau talbis yang membuat terlena dan menghentikan langkah perjalanan kita. Orang-orang yang pura-pura menempuh perjalanan menuju Alloh lebih parah lagi, tipu daya iblis membuat mereka terjerembab, terjungkal serta banyak yang jatuh ke dalam lembah kehinaan.
Apabila seorang hamba telah bertekad untuk melakukan perjalanan menuju Allah SWT dan bermaksud untuk menggapai apa yang dikehendakinya itu, maka ia pasti akan berhadapan dengan berbagai tipu daya dan kendala yang merintangi perjalanannya.
Mula-mula, ia bisa tertipu oleh dorongan syahwat, jabatan, kesenangan, pernikahan, dan pakaian. Jika ia terus melayani semua keinginan buruk dalam dirinya, tidak puas dan ingin mendapatkan lebih banyak atau lebih tinggi, terpana, takjub dengan dirinya, serta sombong dengan apa yang diperolehnya niscaya akan terputuslah perjalanannya.
Namun jika ia berhasil menolak dan mengabaikan syahwat tadi sehingga dapat melanjutkan perialanannya, maka ia akan diuji dengan banyaknya jumlah pengikut dan murid-muridnya.
Orang-orang akan mencium tangannya, mencium bolak-balik punggung dan telapak tangannya, hingga ia diberi tempat duduk yang luas dan nyaman di setiap majelis yang diselenggarakan.
Tidak lama kemudian, ia pun selalu ditunjuk untuk berdo’a dan dimintai berkahnya; dan berbagai ujian lain yang akan menimpa dirinya.
Jika hamba itu mempedulikan pengagungan orang-orang terhadapnya, merasa lebih mulia, niscaya terputuslah perjalanannya untuk mencapai Allah SWT, dan hanya itulah keuntungan yang diperolehnya. Namun jika ia berhasil mengabaikan dan tidak mempedulikan semua itu, maka ia akan diuji lagi dengan berbagai karomah (keistimewaan) dan kasyf (penyingkapan rahasia).
Jika si hamba melayani atau tunduk terhadap kedua hal tersebut, maka terputuslah perjalanannya untuk mencapai Allah; dan hanya itulah keuntungan yeng diperolehnya. Sebaliknya, jika tidak mengindahkan semua itu, ia akan diuji dengan mengucilkan dan mengasingkan diri, sehingga ia pun merasakan lezatnya perasaan berpadunya hati dengan Allah, mulianya kesendirian, dan nikmatnya terlepas dari urusan duniawi.
Jika hamba tersebut terus berada dalam kesendirian itu, niscaya perjalanannya untuk mencapai tujuan semula akan terputus. Akan tetapi, jika ia berhasil melepaskan diri dan berjalan pada apa yang dikehendaki dan diinginkan Allah SWT darinya; yaitu menjadi hamba-Nya yang selalu berpihak pada apa yang dicintai dan diridhoi-Nya, di mana pun dan bagaimanapun kondisinya, apakah ia menjadi susah karenanya atau justru menjadi senang, baik ia akan melaluinya dengan kenikmatan maupun kepedihan, apakah sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah itu menempatkannya di tengah masyarakat atau justru mencabutnya dari tengah mereka; Ia pun hanya memilih untuk dirinya apa yang dipilihkan oleh Pelindung dan Tuannya, taat kepada perintah-Nya dengan melaksanakan perintah itu semampunya, bahkan jiwanya begitu mudah mendapatkan ketentraman dan kesenangannya yang diridhoi dan diperintahkan oleh Rabbnya; maka hamba yang memiliki kriteria-kriteria tersebutlah yang dikatakan telah berhasil menggapai tujuannya.
Dan apabila sudah demikian, tidak ada satu pun yang dapat memutuskan hubungannya dari Rabbnya. Hanya kepada Allah sajalah kita memohon taufik, hidayah, inayah, perlindungan, dan kekuatan.
Semoga kita berhasil menggapai tujuan perjalanan kita kepada Alloh SWT, aamiin yra….
Pepatah Arab mengatakan,”Tetap menjaga adab meskipun tak memperoleh kasyf (penyingkapan rahasia) adalah lebih baik daripada mengabaikan adab meskipun memperoleh kasyf.” (***)
(Ama R. Hery Herdiana adalah Pimpinan Majelis Dzikir Asyiiqi Rosulullah)