Kultum

Aku Datang Memenuhi Panggilan-Mu Ya Allah (4)

Published

on

Masjid Quba (Foto: Ama R. Hery Herdiana/Koleksi Pribadi)

*Oleh: Ustdz. Ama R. Hery Herdiana

Assalamu’alaikum sahabat fillah.

Jakarta, goindonesia.co – Ada beberapa situs sejarah yang kami kunjungi lagi diantaranya Masjid Quba dan sumur Arys.

Masjid Quba menjadi masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad di Madinah. Didirikan pada tahun 1 hijriah atau 622, Masjid Quba sekaligus masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad saw pernah mengatakan bahwa sholat di Masjid Quba memiliki keutamaan besar, yaitu bernilai seperti pahala umroh sehingga banyak yang melakukan sholat disana.

Masjid Quba dibangun atas dasar takwa. Masjid pertama yang dibangun Rasulullah ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 108 yang artinya berbunyi, “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Sumur Arys

Sumur Arys yang sering disebut juga dengan sumur Khatam (cincin) dan sumur Rasulullah SAW terletak di sebelah barat mesjid Quba’. Hanya saja, keberadaannya kini tidak bisa dinikmati lagi sebab semenjak tahun 1980-an tergusur pelebaran mesjid Quba’ tetapi masih ada tandanya sehingga peziarah bisa mengenalinya.

Dulunya sumur ini menjadi favorit Nabi di antara sumur-sumur lainnya di kota Madinah. Nabi SAW sering duduk di sumur ini, bahkan mencuci kaki beliau dan menggosok-gosoknya. Pantas jika kemudian juga dikenal dengan sebutan sumur Rasulullah.

Sumur ini juga sering dihubungkan dengan proses suksesi kepemimpinan di awal keislaman. Hal ini merujuk satu keterangan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW duduk di tepi sumur ini sambil menyingkapkan betisnya dan kedua kaki dia dijulurkan ke dalam sumur. Lalu Abu Musa Al-Asy’ari berdiri menjaganya, maka datanglah Abu Bakar dan meminta izin kepadanya. Nabi berkata kepada Abu Musa: “Izinkan, dan berilah ia kabar gembira dengan surga.”

Abu Bakar pun duduk disebelah kanannya dan menjulurkan kedua kakinya.
Kemudian datang Umar, dan Nabi pun berkata lagi: “Izinkan dan berilah ia kabar gembira dengan surga. Lalu Umar duduk di sebelah kirinya dan menjulurkan kedua kakinya.”

Kemudian datang Utsman, kata Nabi: “Izinkan dan berilah ia kabar gembira dengan surga yang disertai dengan kekacauan yang akan menimpanya.” Ustman pun duduk di hadapan mereka.

Apa yang terjadi dan diutarakan Rasulullah SAW di atas sumur Arys saat itu pada akhirnya benar-benar terbukti setelah beliau wafat. Bahkan isyarat huru-hara politik di masa khalifah Utsman bin Affan juga muncul dari sumur Arys.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa Rasulullah memiliki satu cincin yang beliau pakai sehari-hari, yang juga difungsikan untuk cap surat diplomasi yang beliau kirimkan ke raja-raja Arab, Afrika, dan Romawi.

Sesudah beliau wafat cincin ini diwarisi turun menurun oleh para khalifah dari mulai Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.

Pada waktu tampuk kepemimpinan berada di tangan sahabat Utsman bin Affan, cincin Rasulullah itu dipakai sang khalifah yang juga merupakan salah satu menantu beliau SAW. Hanya saja jemari Ustman lebih kecil sehingga cincin Rasulullah itu tampak longgar melingkar di jemarinya.

Ketika Utsman bin Affan berkunjung ke Quba’ dan bermaksud mengambil air dari dalam sumur Arys tiba-tiba cincin Rasulullah yang dipakainya itu terlepas dan jatuh ke dalam sumur. Beliau sangat bersedih dengan kejadian ini sebab cincin itu memiliki sejarah penting dan fungsi yang sangat penting pula sebagai stempel surat resmi.

Berbagai cara dilakukan untuk menemukan kembali cincin Rasulullah itu. Khalifah Utsman bin Affan bahkan memerintahkan agar sumur itu dikuras isi airnya hingga kering selama tiga hari tiga malam. Namun cincin yang jatuh ke dalam sumur Arys itu tak dapat ditemukan juga. Tidak diketahui dimana cincin itu berada hingga sekarang. Karena peristiwa inilah sumur Arys disebut juga dengan sumur Khatam (Cincin Rasulullah).

Lepasnya cincin Rasulullah dari jemari Utsman bin Affan dan hilang di dasar sumur Arys rupanya menjadi pertanda bahwa tak berselang lama sang khalifah mengakhiri tugasnya karena wafat ditikam oleh para pemberontak. …Bersambung (***)

*Penulis adalah Pimpinan Majelis Dzikir Asyiiqi Rosululloh

Trending

Exit mobile version