Kultum

Akhlak Yang Baik Adalah Kunci Untuk Mencegah Perundungan

Published

on

Ama Hery di tengah jamaah Majelis Dzikir Asiiqi Rosulullah (Foto: Istimewa)

Oleh: Ama R. Hery Herdiana

Assalamualaikum wrwb sahabat fillah.

Jakarta, goindonesia.co : Setiap orang tua pasti memikirkan anak-anaknya. Seringkali merasa khawatir dan memikirkan apa yang sedang terjadi atau sedang dilakukan anak-anaknya.

Terhenyak dengan berita perundungan yang mencuat paling menonjol dan menjadi perhatian banyak orang akhir-akhir ini, mengingatkan dan membuat kita berfikir untuk menata diri dan keluarga kita agar terhindar menjadi korban perundungan atau dari melakukan perbuatan perundungan.

Perundungan bisa menimpa siapa saja, kadang-kadang menimpa tokoh politik, pejabat, tokoh agama, selebriti maupun orang biasa. Seringkali terjadi di sekolah, di tempat bekerja atau usaha, di lingkungan pergaulan bahkan di rumah. Dahulu perundungan hanya terjadi di dunia nyata baik secara verbal, fisik maupun psikis.

Saat ini perundungan pun berkembang mengikuti perkembangan teknologi, informasi dan internet sehingga perundungan terjadi juga di dunia maya disamping terjadi di dunia nyata. Seringkali melihat mereka yang merundung merasa bangga dan mengupload kejadian perundungan tersebut.

Begitu banyak dan mudahnya seseorang atau sekelompok orang melakukan perundungan. Mungkin Sebagian dari kita tidak tahu apakah anak kita dibully atau membully orang lain di sekolahnya, atau di lingkungan pergaulannya, atau di tempat kerja atau usahanya. Mungkin keluarga kita tidak tahu bahwa kita juga dibully atau membully orang lain. Bisa jadi awalnya hanya bercanda, mengejek, mengolok-olok. Lama-lama meningkat kepada tindakan pemukulan yang menyebabkan orang lain terluka.

Alloh SWT melarang kita melakukan perundungan melalui firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” [QS al-Hujurat 11].

Rosululloh SAW bersabda, “Seorang (disebut) muslim adalah manakala orang-orang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya” [HR.Bukhari].

Oleh karena itu tugas dari kita para orang tua adalah mendidik anak-anak dan istri-istri kita untuk beriman dan beramal sholeh serta mencegah mereka dari melakukan ucapan atau perbuatan keji dan munkar dengan kasih sayang dan pemaaf, mencari rejeki halal, berkah serta tidak silau terhadap dunia dengan memberikan teladan kehidupan kepada mereka.

Dalil pijakannya Alloh SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [QS. At-Tahrim 6].

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” [QS. At-Taghobun 14- 15].

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [QS. Takatsur 1].

Sahabat fillah mengajarkan sopan-santun, tata krama dalam pergaulan dengan sesama manusia baik kepada orang tua, orang yang lebih tua, seumuran dan lebih muda adalah kunci untuk mencegah perundungan.

Rosululloh SAW bersabda, “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan di antara kami” [HR. Tirmidzi].

”Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik” [HR. Tirmidzi dan Hakim].

Beliau SAW juga bersabda, ”Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama” [HR. Ibnu Majah].

Sahabat fillah dari Al-quran dan hadits yang beberapa diantaranya disebutkan di atas diperoleh kesimpulan bahwa perintah dan tanggungjawab mendidik keluarga ada ditangan orang tua, ayah atau suami sebagai kepala keluarga adalah yang paling bertanggung jawab atas hal ini. Keteladanan adalah pendidikan terbaik.

Semoga kita menjadi orang tua dan anak yang diberi kemampuan untuk meniru keteladanan nabi Ibrahim As dan nabi Ismail As, dan semoga Alloh mengabulkan doa yang sering kita ucapkan yaitu, “Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”[QS. Al-Furqan 74]. Aamiin Allohumma Aamiin….

*Penulis adalah Pimpinan Majelis Dzikir Asyiiqi Rosulullah

Trending

Exit mobile version