Menteri BUMN Erick Thohir Foto: Netizenku.com
Jakarta, goindonesia.co – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan kembali kalau perusahaan pelat merah harus bisa berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat. Demikian disampaikan Erick dalam acara “PMO Launching Kopi Nusantara dan Pelepasan Ekspor Kopi PT PPI” di Lampung, Minggu (30/1/2022).
“Tugas BUMN itu adalah untuk menyejahterakan, bukan Badan Usaha Milik Nenek Lu. Itu tugasnya,” jelasnya.
Oleh karena itu, khusus untuk sektor pertanian, Kementerian BUMN membangun ekosistem industri pertanian dalam program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur). Saat ini sudah ada 71 ribu hektare lahan pertanian komoditas padi, jagung, dan tebu. Sebanyak 50 ribu petani yang sudah tergabung dalam ekosistem tersebut.
Dia bercerita, selama turun ke lapangan selalu melihat kesusahan petani. Di mana lahan pertanian yang terus di jual hingga hingga kesulitan biaya hidup.
“Masa dua tahun saya turun, lahan petani hilang terus, nyekolahin anak susah, mau ke mana bangsa kita?,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, butuh pendampingan dari BUMN, mulai dari kepastian suplai pupuk, pemberian bibit baik hingga kepastian penjualan hasil produksi.
Dia menjelaskan konteks program Makmur dari Kementerian BUMN ini untuk menyejahterakan petani, swasta, dan semua pihak. Mulai dari dukungan permodalan, asuransi, bibit, suplai pupuk, hingga off taker atau pembeli hasil produksi.
“Kalau bibit jelek, hasil jelek. Kalau gagal panen didampingi asuransi Jasindo, kalau gagal panen risiko bersama. Lalu dibeli yang beli temen swasta juga BUMN, hingga eksportir. Tapi harus ada kepastian” jelasnya.
Dia mencontohkan untuk komoditas padi dan jagung, saat ini pendapatan petani padi dan jagung sudah naik 45%-48%. Ini karena mereka untung melalui program Makmur.
Sehingga petani tidak lagi kehilangan lahan petani karena dijual, hingga punya dana cukup untuk menyekolahkan anak.
Selain itu dia meminta semua pihak mengesampingkan ego sektoral. Supaya menguntungkan semua pihak.
“Jangan saling menginjak, sekadar untuk kepentingan jangka pendek. Ini harus sama-sama supaya ekosistem maju. Ekosistem Indonesia, bukan ekosistem China atau ekosistem Amerika,” ujarnya. (***)