Desainer kondang Indonesia, Leny Agustin dalam Konferensi Pers “Front Row Paris 2024” (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)
Jakarta, goindonesia.co – Desainer kondang Indonesia, Leny Agustin, mengapresiasi desain busana karya siswa SMK di Indonesia yang semakin membaik. Hal ini menunjukkan hasil positif dari transformasi pendidikan vokasi yang salah satunya dilakukan dengan penguatan kompetensi guru melalui program Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi.
Saat menjadi salah satu narasumber dalam Konferensi Pers “Front Row Paris 2024”, Jumat (23-8-2024), Leny mengatakan bahwa dari tahun ke tahun kualitas desain busana yang dibuat oleh para siswa SMK, utamanya yang akan mengikuti Front Row Paris semakin meningkat. Tidak hanya itu, Leny juga menyebut saat ini cukup mudah baginya untuk mendapatkan desainer muda lulusan SMK yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan industri fesyen Indonesia.
“Dulu kalau untuk mencari tenaga kerja dari SMK tata busana sering tidak nyambung. Tapi saat ini, sudah tidak lagi,” kata Leny yang merupakan National Chair Indonesian Fashion Chamber (IFC) tentang kompetensi lulusan SMK yang diakuinya semakin relevan dengan kebutuhan industri, utamanya di bidang fesyen.
Menurut Leny, hal tersebut tidak lepas dari upaya bersama yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi para siswa oleh pemerintah dan industri. Leny juga membagikan pengalamannya saat terlibat dalam program Upskilling dan Reskilling bersama Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bisnis dan Pariwisata (BBPPMPV Bispar).
“IFC sudah kerja sama dengan SMK untuk melatih 500 guru SMK bidang tata busana. Kami juga bekerja sama untuk melakukan sinkronisasi kurikulum tata busana agar sesuai dengan industri,” kata Leny menambahkan.
Leny sendiri mengaku menjadi salah satu desainer yang menjadi mitra BBPPMPV Bispar dalam program Upskilling dan Reskilling. Bahkan, keberhasilan siswa SMK untuk tampil di ajang Front Row Paris 2024 sendiri juga tidak lepas dari praktik baik program Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi tersebut.
“Kami fokus ke gurunya karena kalau siswa kan nanti akan berganti setiap tahunnya. Jadi, kami fokus untuk melatih kompetensi guru agar senantiasa ter-update dengan perkembangan di dunia industri fesyen,” terang Leny.
Sudah Merata
Selain Leny, desainer senior Indonesia lainnya, Ali Charisma, juga menilai desain karya anak-anak SMK bidang tata busana di Indonesia sudah banyak yang bagus. Bahkan, tidak hanya para siswa SMK di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Jawa.
“Siswa SMK ini desainnya sudah banyak yang sangat bagus, baik di Jawa maupun di luar Jawa,” kata Ali di acara yang sama.
Menurut Ali, dengan melihat hasil-hasil karya anak SMK saat ini, maka akan mudah bagi para siswa untuk terjun industri fesyen, termasuk jika ingin melanjutkan ke sekolah-sekolah mode.
“Sudah sangat bagus. Banyak juga yang ketika lulus mereka sudah punya brand fesyen sendiri,” kata Ali.
Hanya saja, menurut Ali, selain kompetensi utama yang harus dikuasai oleh para siswa SMK tata busana, seperti menjahit, membuat pola, dan sebagainya, para siswa ini juga harus memiliki kompetensi di bidang public speaking.
“Tidak mesti public speaking yang gimana-gimana, tetapi mereka setidaknya bisa menjelaskan kepada publik tentang desain mereka,” pungkas Ali. (***)
*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022