Imelda Sriyati Ledi (22), seorang penenun kain tradisional berbakat (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)
Jakarta, Ditjen Vokasi – Di tengah gemuruh perubahan zaman, ada seorang perempuan muda dari yang membuktikan bahwa tradisi dan ketekunan bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang cerah. Imelda Sriyati Ledi (22), seorang penenun berbakat, berhasil mewujudkan impiannya untuk melanjutkan pendidikan tinggi dari hasil menenun kain tradisional.
Dalam mengejar mimpinya, ia memulai langkah sederhana dengan mengikuti program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya tahun 2021. Berkat ketekunannya tersebut, ia pun berkesempatan unjuk gigi di Pameran Kriyanusa 2024 pada stan program PKW Tekun Tenun dan Kriya.
“Ini pertama kalinya saya ke Jakarta dan saya tidak menyangka bahwa selain bisa jadi perajin dan melanjutkan kuliah, saya juga ikut pameran ini,” ungkap Imelda yang ditemui pada 28 Agustus 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), ia turut melestarikan wastra nusantara yaitu kain tenun khas Sumba. Ia pun menjadi satu-satunya pemuda di kecamatannya yang rutin menenun.
“Di Kecamatan Loli memang saya sendiri yang masih rutin menerima orderan menenun,” ungkap Imelda.
Belajar dari Nol sampai Mampu Ubah Hidup
Walaupun sudah tiga tahun rutin menenun dan menjadi perajin, Imelda tidak melupakan jerih payahnya saat kursus menenun. Imelda bercerita bahwa dahulu ia perlu menempuh jarak puluhan kilometer dan pergi menggunakan angkot untuk ke tempat kursus.
“Selain itu, dulu saya baru belajar menenun di PKW. Sangat sulit dan menantang. Tapi, akhirnya saya terbiasa,” cerita Imelda.
Dari kursus tersebut Imelda mendapat pengetahuan dan mengasah keterampilan menenun, seperti memadukan warna dan corak. Tak ada kesuksesan yang hadir begitu saja. Awalnya, Imelda pun hanya mampu membuat kain berukuran pendek yang di harga Rp300 ribu. Akan tetapi, berkat kemahirannya semakin berkembang, ia pun sudah bisa membuat kain tenun sampai dengan harga Rp1,5 juta.
Satu tahun menekuni tenun, Imelda dapat menabung untuk mendaftar kuliah, mimpi yang sempat tertunda. Di tahun 2022 lah ia mulai berkuliah seperti anak-anak lainnya. Memasuki Program Studi Ilmu Komputer, ia ingin tidak hanya ingin menjadi perajin muda, tetapi juga seseorang yang melek dengan teknologi.
“Puji syukur bahwa keahlian menenun bisa membawa saya ke salah satu universitas di Kabupaten Sumba Barat,” ujar Imelda penuh syukur.
Kepiawaian Imelda dalam menenun pun membuat karyanya tak jarang diterima dan Hasil dipromosikan oleh Dekranasda Kabupaten Sumba Barat serta dijual di Sentra Manada Kabupaten Sumba Barat. Dari situlah hasil tangannya tidak hanya dibeli masyarakat lokal tetapi oleh wisatawan yang berkunjung ke kampung tersebut.
Kisah Imelda adalah contoh nyata bagaimana tradisi lokal dapat menjadi kekuatan untuk mengubah nasib. Dengan kerja keras, dedikasi, dan juga kreativitas, Imelda berhasil mengangkat harkat hidupnya dan menunjukkan bahwa jalan menuju kesuksesan bisa dimulai dari benang yang ditenun dengan tangan sendiri. (***)
*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022