Connect with us

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek Rampungkan Tiga Festival Kearifan Lokal Kenduri Swarnabhumi 2024

Published

on

Gelaran Kenduri Swarnabhumi di Jambi (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Jambi, goindonesia.co — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, kembali menggelar Kenduri Swarnabhumi untuk ketiga kalinya mulai Agustus hingga November mendatang. Acara ini bertujuan melestarikan budaya dan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang telah menjadi pusat peradaban. Selain itu, acara ini juga bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat lokal untuk menjaga warisan nenek moyang bagi generasi mendatang.

Selama Kenduri Swarnabhumi 2024, Kemendikbudristek menggandeng sepuluh pemerintah daerah di Jambi, yakni Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Merangin, Kota Jambi, serta Kabupaten Dharmasraya di Sumatera Barat.

Hingga saat ini, tiga dari dua belas kegiatan festival daerah sebagai bagian Kenduri Swarnabhumi telah sukses diselenggarakan, yaitu Festival Suku Batin IX di Kabupaten Batanghari, Festival Biduk Gedang Selang Beangkut di Kabupaten Merangin, dan Festival Keris Siginjai di Kota Jambi.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menuturkan bahwa Kenduri Swarnabhumi adalah sarana untuk menyadarkan kembali masyarakat luas tentang perjalanan peradaban Jambi yang maju.

“Beberapa kearifan lokal yang masih digunakan saat ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya tersebut. Gelaran Kenduri Swarnabhumi menyatukan berbagai jaringan pelaku budaya dan komunitas lingkungan di Jambi untuk bersama-sama memajukan potensi kebudayaan yang selaras dengan pelestarian lingkungan,” ungkap Mahendra, Minggu (4/8).

Mahendra menambahkan, ketiga festival yang telah dilaksanakan memperlihatkan tradisi budaya khas masyarakat DAS Batanghari yang masih dijaga hingga sekarang sebagai kearifan lokal. Festival Suku Batin IX, yang berlangsung pada 20 s.d. 22 Juli di Kabupaten Batanghari mengingatkan asal usul keturunan Suku Batin IX, salah satu suku asli di Jambi yang termasuk peradabannya serta menonjolkan kuliner otentik dan peran perempuan dalam kebudayaan mereka.

“Selama festival berlangsung, diadakan juga serangkaian acara seperti lomba masak tradisional brengkes ikan, Ritual Muwon Namo, pertunjukan kesenian yang mengangkat cerita kebudayaan setempat, dan pameran kerajinan tangan. Ritual Muwon Namo merupakan tradisi memanggil hujan sebelum panen, dipentaskan untuk edukasi generasi muda mengenai warisan budaya yang memiliki nilai-nilai luhur,” tutur Mahendra

Festival Biduk Gedang Selang Beangkut, yang berlangsung pada 27 Juli di Kabupaten Merangin, merupakan gabungan dari perayaan seni, budaya dan pelestarian lingkungan di sekitar Sungai Tabir. Festival ini menampilkan berbagai kegiatan seni dan budaya, penanaman bibit pohon, serta peluncuran Gerakan Sadar untuk Mengurangi Sampah Plastik (GERATIK) untuk memperkuat komitmen masyarakat setempat menjaga lingkungan sungai dan penebaran ribuan benih ikan ke Sungai.

Malam puncak festival digelar di Rumah Tuo Adat, yang didirikan sejak 1330 dan menjadi simbol Kabupaten Merangin serta situs cagar budaya sejak 1996, dengan harapan menyebarluaskan kebanggaan budaya dan sejarah lokal.

Selanjutnya, Festival Keris Siginjai, yang diselenggarakan pada 1 s.d. 3 Agustus di Kota Jambi, bertujuan untuk mengangkat seni kerajinan dan budaya Kota Jambi dengan fokus pada keris sebagai senjata tradisional yang sarat nilai sejarah dan simbolik. Selama festival, digelar pergelaran seni bertajuk Keris Siginjai yang menampilkan keindahan dan keunikan keris sebagai warisan budaya.
Selain gelaran budaya, terdapat juga wisata sejarah ke Candi Solok Sipin yang melibatkan anak-anak sekolah untuk belajar langsung tentang sejarah dan budaya setempat. Terselenggara juga lomba desain motif Batik Solok Sipin yang diikuti oleh 58 pelajar SMP dan SMA, dengan tujuan memperkenalkan dan mempromosikan Candi Solok Sipin melalui desain motif batik.

Festival ini juga menghadirkan bazaar UMKM, pameran karya desain motif batik, dan fashion show rancangan desainer muda Jambi, yang semuanya diakhiri dengan pergelaran kolosal “Telusur Jejak Leluhur” mengisahkan perjalanan sejarah dan budaya Jambi melalui teater, tarian, dan musik tradisional.

Kurator Lokal Jambi, Didin Siroz mengatakan bahwa Festival Keris Siginjai dalam Kenduri Swarnabhumi 2024 memberikan nilai positif kepada masyarakat karena melibatkan banyak generasi muda dan terkait dengan warisan nilai-nilai budaya dan sejarah. “Kenduri Swarnabhumi diharapkan terus menjadi momentum penting dalam melestarikan budaya dan lingkungan DAS Batanghari, serta memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan leluhur,” tutup Didin. (***)

*Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi – Republik Indonesia

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Pondok Pesantren Al Falah Ploso

Published

on

Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri (Foto : Istimewa)

Jakarta, goidonesia.co – Pondok Pesantren Al Falah Ploso adalah sebuah lembaga pendidikanasrama berbentuk pesantren salaf. Dalam pengajian sehari-hari memilikibasis pengajian kitab-kitab salaf (tradisional). Pesantren ini didirikan oleh KH. Ahmad Djazuli Usman, seorang putra naib lokal kawasan Desa Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri. Kini,Pesantren Al Falah Ploso beradadi bawah asuhan KH. Nurul Huda Djazuli.

Sejarah singkat

Pada pertengahan tahun 1924,dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar,yang tidaklain adalah kakak iparnya sendiri,Haji Djazuli mulai merintis pesantren. Beliau meneruskan pengajian untukanak-anak desa sekitar Plose yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates.Jumlah murid pertama yang ikut mengaji±12 orang.Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremasbernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (±3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazull sambil membawa salam dan surat-surat dari sahabat lamanya.Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyaiDjazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.

Berbekal tekad yang kuat,pada 1 Januari 1925 KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli bertambah banyak menjadi 100 orang.

Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Falah Ploso pada awalnya tergolong masyarakat abangan (jauh dari agama). Ketika awal berdiri, banyak masyarakatnya mencemooh Pondok Pesantren Al Falah. Apalagi para pejabat dan bandar judi, yang status quo-nya mulai terganggu. Mereka sering menyebarkan isu-isu sesat terhadap pondok pesantren ini. Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H.Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H.Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri-santri pertama yang menetap.

Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang menimbulkan permasalahan baru yaitumendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai.Direncanakanlah pembangunan sebuah gedung madrasah.Dengan segenap tenaga, fikiran dan jerih payah yang tak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau harus mengayuh sepeda berpuluh-puluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan terkadang ke Blitar. Namun tak sia-sia banyak hartawan dandermawan mengulurkan tangan sehingga pembangunan segera bisa dilaksanakan.

Penyempurnaan fasilitas dan gedung terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Begitu pula penyempurnaan sistem pendidikan,kurikulum dan metode interaksi diarahkan (berkiblat) kepada sistem Tebuireng pada tahun 1923.

Suatu sistem yang dikagumi dan ditimba oleh Kyai Djazuli selama mondok di sana pada tahun 1923. Maka sistem belajar mengajar di Al Falah ini terus berlangsung dengan berpedoman kepada sistem Tebuireng hingga sekarang. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pondok Al Falah adalah duplikat monumental dari Pondok Tebuireng di masa KH.Hasyim Asy’ari tahun 1923.

Kyai Djazuli rupanya mempunyai prinsip yang kokoh dansangat yakin kepada sistem salafiyah yang dipilihnya,sehingga beliau tetap konsisten untuk melestarikannya. Dan ternyata Kyai Djazuli tidak salah pilih sebab sistem salafiyah tetap punya pendukung dan penggemar dikalangan ummat islam. (***)

*Admin

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek Kembali Gelar Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter 2024

Published

on

Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter pada Pekan untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) Tahun 2024 (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) kembali menggelar Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter pada Pekan untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) Tahun 2024. Apresiasi diberikan kepada para pemangku kepentingan atas upaya yang telah dilakukan dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Ada 9 (sembilan) kategori apresiasi, terdiri atas 3 (tiga) kategori untuk pemerintah daerah yaitu Pemerintah Provinsi Cerdas Berkarakter, Pemerintah Kabupaten/Kota Cerdas Berkarakter, dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal Cerdas Berkarakter; 5 (lima) kategori untuk Satuan Pendidikan Cerdas Berkarakter Optimalisasi Iklim Keamanan Satuan Pendidikan mulai jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK; dan 1 (satu) kategori Perguruan Tinggi Cerdas Berkarakter Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.

Penilaian kategori tersebut didasari keterlibatan ekosistem pendidikan dalam upaya-upaya strategis dan implementatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman dari segala bentuk kekerasan demi mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan bahwa berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh para pemangku kepentingan tersebut telah membuahkan hasil positif dalam upaya untuk memberantas perundungan, kekerasan seksual, intoleransi atau diskriminasi di lingkungan pendidikan.

“Kami menyadari dalam proses implementasi ini, Ibu dan Bapak telah mencurahkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit. Ini bukan hal yang mudah. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya atas komitmen Ibu dan Bapak semua untuk bergerak bersama mewujudkan sekolah dan kampus yang merdeka dari kekerasan,” ujar Menteri Nadiem, di Jakarta, Senin (7/10).

Sementara itu, Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbudristek, Chatarina Muliana Girsang, mengungkapkan bahwa berdasarkan data Kemendikbudristek, sebanyak 404.564 sekolah telah membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) dan 468 pemerintah daerah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas). Ia menambahkan bahwa hal itu sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Lebih lanjut, Chatarina menyampaikan bahwa di jenjang pendidikan tinggi, seluruh perguruan tinggi negeri dan 1.692 perguruan tinggi swasta telah memiliki Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Sebagaimana mandat di dalam Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang PPKS. 

“Program Roots Anti Perundungan yang berkolaborasi dengan UNICEF juga telah menjangkau 33.777 satuan pendidikan di 509 kabupaten/kota di 38 provinsi serta mencetak 174.240 agen perubahan yang berperan penting dalam menciptakan sekolah yang aman,” ucap Irjen Chatarina.

Pada tahun 2021, Kemendikbudristek telah meluncurkan Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Tinggi. Implementasi aturan tersebut ialah mengedepankan kolaborasi seluruh sivitas akademika dalam program edukasi sampai penanganan kasus.

Begitupun di jenjang persekolahan, hak untuk belajar dengan aman dan nyaman telah terjamin dengan adanya Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Peraturan tersebut mengamanatkan sekolah untuk membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan dan pemerintah daerah untuk membentuk Satuan Tugas PPKSP. Kolaborasi ini membuahkan hasil positif dalam upaya kita untuk memberantas perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi atau diskriminasi di lingkungan pendidikan.

“Tentunya saya berharap, penghargaan yang diterima hari ini semakin memicu semangat Ibu Bapak untuk mencegah dan menangani segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan. Mari terus kita kuatkan gotong-royong kita untuk mewujudkan sekolah dan kampus yang aman dan nyaman demi terciptanya generasi Pelajar Pancasila yang berintegritas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan global,” tandas Nadiem.

Pemberian Penghargaan Apresiasi Cerdas Berkarakter

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penguatan Karakter, Rusprita Putri Utami, mengatakan bahwa penghargaan Apresiasi Cerdas Berkarakter diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk terus berkontribusi dalam pembangunan pendidikan yang berkualitas, mengutamakan pendidikan penguatan karakter, serta bebas dari kekerasan.

“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh penerima apresiasi, mulai dari pemerintah daerah, satuan pendidikan, hingga perguruan tinggi. Apresiasi ini adalah wujud penghargaan atas dedikasi dan komitmen Anda semua dalam menciptakan lingkungan belajar yang berfokus pada penguatan karakter,  inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua,” tutur Rusprita.

Para penerima penghargaan Apresiasi Cerdas Berkarakter untuk kategori Pemerintah Provinsi Cerdas Berkarakter adalah 1) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, 2) Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, 3) Pemerintah Provinsi Riau, 4) Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, dan 5) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, kategori Pemerintah Kabupaten Atau Kota Cerdas Berkarakter adalah 1) Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, 2) Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, 3) Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur, 4) Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur, dan 5) Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Kemudian, kategori Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal Cerdas Berkarakter adalah 1) Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2) Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, 3) Kabupaten Kepulauan Tanimbar Provinsi Maluku, 4) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung, dan 5) Kabupaten Sumba Tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Kembangkan Produk FnB, Produk Kopi dan Gula SMK Ma’arif Kota Mungkid Siap Dipasarkan

Published

on

Industri food and beverage (FnB) SMK Ma’arif Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Magelang, goindonesia.co – Seiring perkembangan teknologi semakin banyak industri yang bermunculan, salah satunya ialah industri food and beverage (FnB). 

Industri FnB menjadi industri yang banyak diminati oleh pelaku usaha. Selain banyak objek yang bisa dikreasikan dan keuntungan yang menjanjikan, produk FnB pun banyak diburu oleh konsumen. 

Melihat peluang ini, SMK Ma’arif Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah melalui Konsentrasi Keahlian Kimia Industri pun menangkap peluang tersebut dengan mengembangkan produk FnB, seperti kopi lokal dari daerah Magelang, Temanggung, dan sekitarnya, serta produk gula jeruk dan gula jahe.

Produk gula jeruk dan gula jahe mungkin terdengar unik di telinga masyarakat umum. Biasanya produk gula yang dipakai adalah gula berbahan dasar tebu atau air nira. Produk inovasi ini menjadi langkah nyata sekolah dalam mengembangkan potensi lokal dan siswa di bidang kewirausahaan sekaligus mendukung kegiatan teaching factory (Tefa) yang bertujuan untuk memperkuat kualitas kompetensi siswa. 

Kepala SMK Ma’arif Kota Mungkid, Ngungun Bayu Santoso, menyampaikan bahwa produk kopi dan gula tersebut merupakan hasil Tefa dari Konsentrasi Keahlian Kimia Industri. Produk tersebut adalah salah satu rangkaian produk yang melengkapi produk research and development (RnD) SMK Ma’arif Kota Mungkid di bidang FnB.

Dalam prosesnya, para siswa tidak hanya diajarkan tentang teknik produksi, tetapi juga manajemen bisnis, branding, hingga pemasaran. Hal ini dilakukan agar mereka memiliki kompetensi yang lengkap ketika nantinya terjun ke dunia kerja atau memulai usaha sendiri.

Produk FnB dari SMK Ma’arif Kota Mungkid ini telah memiliki sertifikasi halal dan memiliki nomor PIRT sehingga aman untuk dikonsumsi. 

“Produk kopi kami memiliki merek ‘Moengkopi’ dan produk gula jeruk serta gula jahe memiliki merek ‘Gendhis’. Untuk merek kopi sendiri telah kami HAKI,” ucap Bayu. 

Sarah Ayu Aryani, guru Konsentrasi Keahlian Kimia Industri, menyampaikan bahwa produk Moengkopi ini merupakan kopi yang dihasilkan dari biji kopi lokal pilihan. Proses pengolahan mulai dari pemilihan biji, roasting, hingga pengemasan dilakukan oleh siswa. 

“Biji kopi lokal yang telah terpilih ini kemudian kami roasting dengan mesin roasting berstandar industri yang dibuat oleh siswa Konsentrasi Keahlian Teknik Mesin,” ucap Sarah.

Sementara itu, produk Gendhis yang diproduksi oleh SMK Ma’arif Kota Mungkid ini merupakan perpaduan dari gula tebu dan perasan jeruk ataupun sari jahe yang dimasak bersamaan hingga membentuk kristal gula. Gula jeruk dan gula jahe yang dihasilkan oleh SMK Ma’arif Kota Mungkid ini menawarkan rasa yang unik dan cocok untuk dipadukan dengan berbagai jenis makanan dan minuman. Kemudian, residu dari proses pemasakan gula jeruk dan gula jahe ini dimanfaatkan menjadi bahan dasar sabun. 

“Jadi tidak ada sampah yang kita hasilkan karena semuanya pasti berguna dan menghasilkan produk baru. Untuk produk gula ini, sudah PIRT dan bersertifikasi halal,” ucap Sarah.

Produk kopi dan gula dari SMK Ma’arif Kota Mungkid ini telah melewati uji coba pasar dan mendapatkan respons yang positif dari konsumen. Untuk tahap awal, produk ini telah dipasarkan di sekitar melalui kafe SMK Ma’arif Kota Mungkid dan media sosial sekolah, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk memperluas jangkauan pemasaran ke berbagai daerah di Indonesia.

Bayu menambahkan bahwa kerja sama dengan beberapa mitra lokal juga tengah dijajaki untuk memperkuat jaringan distribusi. Harapannya, produk ini tidak hanya menjadi kebanggaan sekolah, tetapi juga menjadi salah satu produk unggulan lokal yang mampu bersaing di pasar yang lebih luas.

“Kami sangat berharap adanya kolaborasi yang kuat antarpihak, baik itu SMK, pemerintah daerah, ataupun pelaku usaha. Atmosfer kolaborasi harus dibangun agar produk-produk yang dihasilkan anak bangsa bisa tersalurkan dengan maksimal,” ucap Bayu. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Trending