Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Bidang Manajemen Talenta, Tatang Muttaqin, menyambut kedatangan para siswa yang mengharumkan nama Indonesia tersebut di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta (Dokumentasi : @www.kemdikbud.go.id)
Tangerang, goindonesia.co – Siswa Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah Internasional. Kali ini, sebanyak empat orang siswa Indonesia berhasil meraih dua medali perak dan dua medali perunggu di ajang Olimpiade Biologi Internasional atau International Biology Olympiad (IBO) ke-34 yang diselenggarakan di Al Ain, Uni Emirat Arab.
Ke empat medali tersebut, dua medali perak diraih oleh Calvin Shevchenko dari SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya, dan Nicholas Sidik, siswa SMA Methodist 2 Medan. Sedangkan dua medali perunggu diraih oleh Nakeisha Jovita Purnomo yang berasal dari SMAK PENABUR Gading Serpong dan Mariel Chrysantha Tampubolon, siswa SMAN 2 Kota Tangerang Selatan.
Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Bidang Manajemen Talenta, Tatang Muttaqin, menyambut kedatangan para siswa yang mengharumkan nama Indonesia tersebut di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Di hadapan para siswa berprestasi, Tatang menyampaikan rasa bangga atas raihan yang dicapai.
“Atas nama Kemendikbudristek kami sangat bangga kepada adik-adik yang telah mengikuti Olimpiade Biologi Internasional dan mendapatkan dua medali perak serta dua medali perunggu. Tentu ini menjadi kebanggaan nasional dan akan menjadi inspirasi bagi siswa-siswa lainnya untuk terus berprestasi,” tutur Tatang di Tangerang, Rabu (12/7).
Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, Tatang menyampaikan bahwa Kemendikbudristek telah memiliki Sistem Informasi Manajemen Talenta (SIMT). Sistem tersebut akan berisikan informasi tentang siswa berprestasi dan dapat dijadikan referensi untuk dapat mengikuti seleksi Beasiswa Indonesia Maju (BIM) atas prestasi yang telah diraih.
Senada dengan Tatang, pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hendarman, mengapresiasi para siswa peraih medali dalam IBO. Ia juga berharap agar capaian dari para siswa peraih medali tersebut dapat menginspirasi anak-anak Indonesia lainnya.
Sebagai bentuk dukungan, Hendarman menyampaikan bahwa dari keempat peraih medali, tiga di antaranya sudah termasuk penerima Beasiswa Indonesia Maju. Sedangkan satu siswa yang belum masuk BIM masih berada di kelas XI sehingga belum bisa mengikuti proses BIM, selanjutnya akan mengikuti proses BIM saat di kelas XII.
“Satu di antara mereka yaitu Mariel Chrysantha Tampubolon akan berangkat ke University of California San Diego, Amerika Serikat, pada September tahun ini. Jadi ini merupakan bukti bahwa Kemendikbudristek merekrut siswa berprestasi untuk mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi melalui BIM,” tutur Hendarman.
Mariel Chrysantha Tampubolon, siswi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan, mengungkapkan kebahagiaannya setelah berhasil meraih medali perunggu dalam IBO. Ia menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang telah memfasilitasinya hingga berhasil meraih medali dalam ajang IBO hingga mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan ke University of California San Diego, Amerika Serika. Selain itu, Mariel juga menceritakan proses persiapan yang dilakukannya sebelum berangkat ke Al Ain, Uni Emirat Arab.
“Saya belajar banyak dari membaca buku, latihan soal, dan membiasakan diri memiliki rasa ingin tahu yang besar. Selain itu, saya juga belajar dari tim pembina yang disiapkan oleh Kemendikbudristek hingga bisa mengikuti IBO dan mendapatkan medali perunggu,” ujar Mariel.
Berbagi pengalamannya saat mengikuti IBO, Mariel menyampaikan pesan kepada seluruh siswa di Indonesia yang ingin mengikuti jejaknya agar terus semangat meraih pencapaian yang lebih tinggi. “Terus belajar, semangat untuk membaca buku dan tetap latihan mengerjakan soal-soal dari buku maupun yang ada di laman IBO,” pesan Mariel.
Senada dengan Mariel, Nicholas Sidik, siswa peraih medali perak dalam IBO juga turut bangga dapat berkontribusi mewakili Indonesia dalam ajang internasional. Baginya, mengikuti IBO menjadi salah satu pengalaman yang menyenangkan.
“Bisa mengikuti IBO itu sangat menyenangkan. Teman-teman di sana sangat beragam dan menyenangkan, semuanya seru,” tutur Nicholas.
Kepada teman-teman yang ingin mengikuti olimpiade, Nicholas berbagi tips agar menguasai tentang konsep dasar biologi. Selain itu, sering berlatih mengerjakan soal dari buku maupun laman juga menjadi salah satu kunci keberhasilan yang diraih Nicholas.
“Biologi itu seru dan menyenangkan. Walaupun terkadang harus menghafal, namun ketika kita mengerti dan menguasai konsepnya maka semua akan menjadi mudah,” ujar Nicholas.
IBO merupakan kompetisi bergengsi tahunan bagi siswa SMA yang berbakat dalam bidang biologi. Tahun ini, IBO diselenggarakan secara luring pada 3–11 Juli 2023 dan diikuti oleh 300 siswa dari 89 negara. Jumlah tersebut menjadi sejarah peserta terbanyak sepanjang pelaksanaan IBO.
Saat mengikuti IBO, para siswa menjalani tes praktikum dan tes teori dengan komposisi penilaian 50:50. Tes praktikum terdiri dari empat topik yaitu molekuler biologi tumbuhan, bioinformatika, ekologi-etologi, dan biokimia. Setiap siswa diberikan waktu selama 90 menit untuk melakukan eksperimen berdasarkan soal dari panitia.
Sedangkan pada tes teori, peserta diberikan waktu selama 3 sampai 3,5 jam untuk menganalisis dan memecahkan masalah dari berbagai aspek biologi mulai dari pemahaman konsep, pengetahuan praktis dan analitik, serta penerapan aplikasi biologi.
Selama mengikuti IBO, para siswa Indonesia juga didampingi oleh lima pendamping yang turut berperan sebagai juri internasional. Mereka adalah Agus Dana Permana, Ahmad Faizal, dan Dian Rosleine dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH-ITB), serta Titis Setiyobudi dan Fauzi Ramadhani Nasution dari Tim Olimpiade Biologi Indonesia (TOBI).
Dijelaskan Ahmad Faizal, pelaksanaan IBO tahun ini berjalan lancar dan para siswa Indonesia sudah berusaha memberikan yang terbaik. Menurutnya, dari segi kualitas soal, tahun ini UEA melibatkan beberapa juri internasional untuk membantu mereka dalam mendesain soal tes. Hal ini tercermin dengan peningkatan kualitas soal yang diujikan.
“Secara performa, siswa Indonesia di atas rata-rata dari peserta negara lain, walaupun pada kenyataanya belum termasuk dalam 10 persen terbaik yang berhak mendapatkan medali emas,” jelas Ahmad Faisal.
Selanjutnya, Tim Olimpiade Biologi Indonesia akan melakukan evaluasi atas prestasi yang diraih di IBO 2023 serta menyiapkan berbagai strategi agar Indonesia dapat kembali merebut medali emas IBO 2024 yang akan digelar di Astana, Kazakhstan. (***)