Motif batik Welut Petung (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)
Sleman, goindonesia.co – Sebagai upaya untuk mengembangkan potensi lokal sekaligus mengenalkan budaya tradisional kepada generasi muda, SMKN 2 Godean, Sleman, Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta, mengembangkan motif batik yang bernama Welut Petung.
Motif Welut Petung sendiri diangkat karena siswa Konsentrasi Keahlian Tata Busana SMKN 2 Godean, terinspirasi dengan fauna dan flora lokal yang banyak dijumpai di wilayah Godean. Welut atau yang biasa dikenal belut dan petung atau bambu besar menjadi ciri khas dalam desain ini yang menggambarkan kekayaan alam di wilayah Godean.
Belut dikenal sebagai hewan yang mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi, sementara bambu petung melambangkan kekuatan dan ketahanan. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan pola yang khas dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat lokal.
Kepala SMKN 2 Godean, Theresia Susilorini, menyampaikan bahwa SMKN 2 Godean mendukung perwujudan Education for Sustainable Development (ESD), salah satunya dengan mengangkat kearifan lokal ke dalam motif batik. Upaya ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada kearifan lokal, sembari memberikan keterampilan dalam bidang batik yang bisa menjadi bekal mereka di masa depan.
“Kami ingin siswa kami tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mengenal dan mencintai budayanya sendiri. Motif ini diciptakan oleh siswa kami sendiri kemudian dikembangkan sampai sekarang dan sudah terdaftar HAKI,” ucap Susilorini.
Menurut guru Konsentrasi Keahlian Tata Busana SMKN 2 Godean, Sri Wahyuni, inisiatif ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Pendidikan setempat dan pelaku industri batik. Motif yang telah diciptakan oleh siswa kemudian diaplikasikan dalam selembar kain dan sekarang kain batik motif welut petung digunakan sebagai seragam SMKN 2 Godean. Selain digunakan sebagai seragam sekolah, kain batik motif welut petung dijual untuk umum.
“Dalam program ini, siswa tidak hanya belajar teknik membatik, tetapi juga diajarkan tentang makna dan filosofi di balik motif Welut Petung. Dengan adanya program batik ini, kami harap mereka bisa menjadi agen pelestarian budaya daerah,” ucap Sri Wahyuni.
Sementara itu, Rifnati Aulia Sari, siswa kelas XI Konsentrasi Keahlian Tata Busana, mengungkapkan kegembiraannya bisa ikut terlibat dalam proses produksi kain batik welut petung.
“Rasanya senang bisa mempelajari motif batik yang unik dan bangga bisa mengenalkan kearifan lokal dari daerah ke dalam produk yang berbeda. Kami berharap ke depan motif ini akan semakin dikenal karena dengan begitu kekhasan tempat tinggal kami jadi terangkat,” ucap Rifnati. (***)
*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022