Selama beberapa tahun ke belakang, banyak perusahaan rintisan atau startup yang bermunculan. Hal ini merupakan tanda tumbuhnya ekosistem digital di Indonesia. Berdasarkan Digital Report 2021 yang dikeluarkan oleh Hootsuite dan We Are Social, pengguna internet di Tanah Air sudah mencapai 202,6 juta jiwa atau setara dengan 73,7 persen penduduk dan 98,2 persen merupakan pengguna ponsel pintar.
Besarnya potensi industri digital tersebut, menjadi modal bagi para entrepreneur untuk menghadirkan berbagai macam startup sebagai solusi atas masalah-masalah yang ada di masyarakat.
Pada 2018, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) mencatat jumlah startup di Indonesia mencapai 992 perusahaan. Kemudian, Presiden Joko Widodo dalam acara Digital Economy Summit 2020 yang lalu menyebut jumlah startup Indonesia mencapai 2.193 perusahaan dengan empat unikorn dan satu dekakorn.
Valuasi pasar tersebut juga mendominasi dunia startup di Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah Gojek (11 miliar dollar AS), Tokopedia (7 miliar dollar AS), Traveloka (4,5 miliar dollar AS), OVO (2,9 miliar dollar AS), dan Bukalapak (12 miliar dollar AS).
StartupBlink menerbitkan laporan Indeks Ekosistem Startup Global atau The Global Startup Ecosystem Index pada bulan Juni 2021.
Ada 3 indikator utama yang menjadi penilaian, meliputi kuantitas, kualitas, dan lingkungan bisnis. Parameter kuantitas terdiri dari elemen-elemen seperti jumlah startup, jumlah workspace, jumlah akselelator, dan jumlah pertemuan terkait startup.
Sementara parameter kualitas terdiri dari rasio jumlah karyawan per startup, kehadiran unikorn, kehadiran influencer startup global, dan acara startup global.
Terakhir, parameter lingkungan bisnis terdiri dari ketersediaan berbagai layanan teknologi, investasi riset dan pengembangan, kecepatan internet, kemudahan berbisnis, investasi R&D, jumlah paten per kapita, dan tingkat kemahiran bahasa inggris.
Laporan tersebut memaparkan negara dan kota yang ada di dunia dengan ekosistem terbaik. Kota apa saja yang memiliki ekosistem startup terbaik di Indonesia?
1. Jakarta –
Laporan tersebut menyatakan Jakarta sebagai kota dengan ekosistem startup terbaik di Indonesia. Tak hanya itu, Jakarta juga berada di peringkat ke-34 secara global dengan skor 13.158. Sebagai pusat bisnis di Indonesia, Ibukota Indonesia ini juga berada di peringkat ke-12 untuk kinerja startup teknologi transportasi terbaik.
Selai itu, Jakarta juga berhasil berada di peringkat 13 untuk kinerja e-commerce & startup teknologi yang terkait ritel terbaik, serta secara global masuk ke dalam 50 besar untuk kinerja startup teknologi terkait bidang pendidikan, pangan, dan pemasaran & penjualan terbaik.
MIKTI mencatat terdapat 428 startup yang berdomisili di Jakarta, termasuk raksasa-raksasa teknologi seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, hingga OVO.
2. Bandung –
Kota mode, Bandung berada di peringkat kedua sebagai kota dengan ekosistem startup terbaik di Tanah Air. Dalam laporan The Global Startup Ecosystem Index 2021, kota ini mampu mencatat skor 0.638 sekaligus menempati peringkat 368 global.
Hingga 2018, ibu kota Jawa Barat ini tercatat memiliki 40 startup. Salah satu startup lokal terkemuka asal Bandung adalah eFishery, sebuah perusahaan berbasis teknologi IoT yang memiliki layanan utama untuk menyediakan kebutuhan pangan dunia melalui akuakultur.
3. Yogyakarta –
Dalam laporannya, StartupBlink menempatkan Yogyakarta sebagai kota dengan ekosistem startup terbaik ketiga di Indonesia. Wilayah yang dijuluki sebagai kota pelajar ini mampu mencatat skor 0,225 sekaligus menempati peringkat 668 global.
Menurut MIKTI, terdapat 40 startup yang berlokasi di Yogyakarta pada 2018. Hingga 2021, angkanya kemungkinan bertambah. Siapa yang tak kenal Mamikos? Mamikos menjadi satu dari sekian startup terkemuka asal Yogya. Mamikos sukses menjadi salah satu referensi terbaik bagi para pencari indekos, apartemen, maupun penginapan.
4. Surabaya –
Peringkat empat diisi oleh Kota Pahlawan, Surabaya. Dalam laporannya, Surabaya mampu mencatat skor 0,118 sekaligus menempati peringkat 759 global. Berdasarkan catatan MIKTI, kota terbesar kedua di Indonesia ini memiliki total 49 startup.
Lindungi Hutan menjadi satu dari sekian startup asal Surabaya yang memiliki dampak positif bagi masyarakat. Startup ini merupakan sebuah platform crowdplanting penggalangan dana dan tenaga daring untuk konservasi hutan dan lingkungan. Startup yang didirikan sejak 2016 ini menghubungkan pendukung, penggalang, dan pengerak untuk melakukan aksi nyata dalam konservasi hutan dan lingkungan.
5. Semarang –
Terakhir, peringkat lima sebagai kota dengan ekosistem startup terbaik Indonesia diisi oleh Semarang. Dalam laporan StartupBlink, Semarang tercatat memiliki skor 0,168 sekaligus menempati peringkat 823 secara global. Namun, pada 2018, MIKTI mencatat hanya terdapat 1 startup yang berdomisili di Semarang. Startup tersebut adalah ArKode Studio.
Upaya pemerintah dalam mendorong industri digital Indonesia
Ekosistem startup yang baik tentunya akan membantu para pegiat startup untuk memperluas jaringan, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, bertemu dengan calon investor, dan yang terpenting adalah menginspirasi dan memotivasi melalui koneksi dengan pegiat lain yang memiliki visi yang sama.
Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk terus mendorong industri digital dengan meluncurkan kebijakan-kebijakan terkait e-commerce dan industri 4.0, serta berbagai program, seperti BEKRAF for Pre-Startup, 1.000 Startup, BEKRAF Developer Day, UKM Go Online, dan Pendanaan Startup.
Dalam Forum Asia Tech x Singapore 2021 pada Selasa (13/07), Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan pemerintah memiliki visi Indonesia Terkoneksi: semakin digital, semakin sejahtera. Maka dari itu, pemerintah ingin lebih kuat di era digital ini, baik dalam keuangan digital, perbankan digital, e-commerce, pariwisata digital, UMKM digital, dan lainnya.
“Saya akan mendukung konsolidasi bisnis telekomunikasi, platform digital, startup digital Indonesia, untuk bisnis dan industri yang lebih kuat dan andal. Penting juga bagi Indonesia untuk berperan dalam produksi dan manufaktur sistem ICT, jaringan dan produk, perbankan digital dan e-commerce, dan bisnis digital hilir terkait, pariwisata, dan logistik,” jelasnya. (Lydia Fransisca)