Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by André François McKenzie on Unsplash)
Jakarta, goindonesia.co – Harga mayoritas kripto kembali terkoreksi pada perdagangan Senin (21/2/2022) pagi waktu Indonesia, karena investor masih menimbang sentimen dari ketegangan geopolitik antara Rusia dengan Ukraina beserta Amerika Serikat (AS).
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, hanya koin digital (token) Solana dan Terra yang mulai berbalik arah (rebound) ke zona hijau pada pagi hari ini.
Solana melesat 4,56% ke level harga US$ 94,62/koin atau setara dengan Rp 1.356.851/koin (asumsi kurs Rp 14.340/US$) dan Terra menguat 1,05% ke level US$ 50,84/koin atau Rp 729.046/koin.
Sedangkan sisanya terpantau kembali terkoreksi pada pagi hari ini. Bitcoin merosot 2,17% ke level harga US$ 39.158,68/koin atau setara dengan Rp 561.535.471/koin, Ethereum terkoreksi 0,88% ke level US$ 2.716,68/koin atau Rp 38.957.191/koin.
Berikutnya BNB melemah 1,51% ke US$ 391,27/koin (Rp 5.610.812/koin), Cardano ambles 2,84% ke US$ 0,9656/koin (Rp 13.847/koin), dan Avalanche ambruk 5,48% ke US$ 80,68/koin (Rp 1.156.951/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
Bitcoin dan sebagian besar kripto lainnya kembali melanjutkan koreksinya yang sudah terjadi sejak pekan lalu. Hal ini karena tingginya inflasi di AS yang membuat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bersiap melakukan siklus pengetatan moneter.
Inflasi AS di bulan Januari 2022 tercatat naik 7,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menjadi kenaikan inflasi tertinggi dalam 4 dekade terakhir.
Hal tersebut dilakukan dengan melakukan tapering atau pengurangan likuiditas, kenaikan suku bunga acuan hingga mereduksi bobot neraca (balance sheet).
Selain itu ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan AS yang masih terjadi hingga kini juga masih direspons negatif bagi investor di kripto.
Keinginan Ukraina untuk gabung dengan aliansi militer North Atlantic Treaty Organization (NATO) mendapat tentangan dari Rusia sampai Negeri Beruang Merah itu menerjunkan pasukan militernya di perbatasan Ukraina.
Presiden AS, Joe Biden menyebut bahwa Rusia siap melakukan invasi ke Ukraina dalam beberapa hari ke depan meskipun klaim tersebut dibantah oleh pihak Rusia.
Di tengah inflasi yang tinggi dan tensi geopolitik yang masih meningkat membuat harga emas sebagai aset untuk hedging dan minim risiko justru melambung.
Dalam sepekan harga emas bergerak mendekati level psikologis US$ 1.900/troy ons setelah mengalami apresiasi sebesar 2,04%.
Hal ini membuat Bitcoin yang digadang-gadang sebagai aset hedging pengganti emas cenderung gagal karena harga Bitcoin sendiri masih cenderung volatil.
Dengan risiko inflasi dan geopolitik yang naik, risk appetite investor tampak menurun dan cenderung menghindari aset-aset berisiko untuk sementara waktu ini.
Di lain sisi, adanya potensi eksploitasi marketplacenon-fungible token (NFT) ternama di dunia, yakni OpenSea juga turut membebani sentimen investor kripto.
Secara terpisah, CEO OpenSea Devin Finzer dalam Twitter pribadinya pada Sabtu malam waktu setempat mengatakan bahwa sebanyak 32 pengguna sejauh ini telah menandatangani muatan berbahaya dari penyerang, dan beberapa NFT mereka dicuri.
Finzer pun menyarankan bahwa situs web palsu mungkin yang harus disalahkan. OpenSea mengatakan dalam tweet terpisah bahwa mereka masih menyelidiki insiden tersebut. (***)