Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, goindonesia.co – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat tinggi selama sepekan ini. Bagaimana nasibnya selama sepekan ke depan?
Menurut data Refinitiv, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives melesat 6,30% dalam seminggu ke posisi MYR 4.993/ton. Lonjakan ini terjadi berkat harga CPO 4 kali naik dan hanya sekali terkoreksi dalam minggu ini.
Dari sisi fundamental, kenaikan harga CPO ditopang oleh stok di Malaysia yang menipis. Pada akhir Desember 2021, stok CPO di Negeri Harimau Malaya adalah 1,73 juta ton. Turun 4,9% dari bulan sebelumnya.
Sementara produksi juga turun 18,6% menjadi 1,49 juta ton. Ini adalah produksi terendah sejak Maret 2021.
“Dampak banjir yang melanda Semenanjung Malaysia menyebabkan penurunan kapasitas produksi,” sebut Lee Toong Huang, General Manajer di Kwantas Oil, seperti dikutip dari Reuters.
Secara terpisah, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memproyeksi, pasokan atau suplai minyak nabati termasuk CPO pada 2022 masih akan mengalami tekanan seiring dengan berlanjutnya tekanan produksi, untuk Indonesia kenaikan diproyeksi hanya 1 juta ton jauh berbeda dengan sebelumnya yang bisa 2 juta ton.
Bagaimana Proyeksi Pekan Depan?
Analis memperkirakan, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives diperkirakan akan bergerak sideways atau mendatar pada minggu depan, dengan bias turun karena kurangnya katalis pasar.
Melansir Bernama, Minggu (9/1), trader minyak sawit David Ng mengatakan, hal itu terutama didukung oleh ekspor yang lemah yang dapat menekan harga.
Bagaimana Proyeksi Pekan Depan?
Analis memperkirakan, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives diperkirakan akan bergerak sideways atau mendatar pada minggu depan, dengan bias turun karena kurangnya katalis pasar.
Melansir Bernama, Minggu (9/1), trader minyak sawit David Ng mengatakan, hal itu terutama didukung oleh ekspor yang lemah yang dapat menekan harga.
“Pasar diperkirakan akan mengalami beberapa pergerakan bearish pada harga karena pelaku pasar mengamati data industri untuk menilai dampak pada output dan ekspor,” katanya kepada Bernama.
Sementara itu pemilik dan salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura Dr Sathia Varqa mengatakan, perdagangan minggu depan akan didasarkan pada data penawaran dan permintaan Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) per Desember 2021.
MPOB sendiri dijadwalkan akan merilis data Desember pada besok Senin (10/1). (***)