Alat berat jenis eskavator membersihkan puing material longsoran yang menimpa sebuah rumah warga di Kelurahan Singkil 2, Lingkungan 3, Kecamatan Singkil, Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (28/1). (Foto : Komunikasi Kebencanaan BNPB/Danung Arifin)
Manado, goindonesia.co – Banjir yang sempat melanda Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, telah surut pada Minggu (29/1). Perkembangan pada hari itu, pukul 21.00 WIB, warga setempat disibukkan dengan pembersihan material sampah dan lumpur yang terbawa saat bencana ini terjadi pada Jumat lalu (27/1).
Warga dan petugas terkait melakukan pembersihan, termasuk puing-puing sisa material bangunan yang rusak akibat tanah longsor. Tim gabungan yang dipimpin oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado berlangsung di beberapa titik, termasuk yang dilakukan warga Kelurahan Molas. Kegiatan tersebut masih akan dilakukan hingga hari ini, Senin (30/1).
Merespons bencana di wilayah, Pemerintah Kota Manado menetapkan status keadaan darurat penanganan banjir dan tanah longsor. Status dengan nomor 27/KEP/B06/BPBD/2023 ini berlangsung 7 hari, terhitung dari 27 Januari hingga 2 Februari 2023.
Tercatat 34 kelurahan atau desa yang berada di 9 kecamatan terdampak banjir. Kesembilan kecamatan itu yaitu Kecamatan Singkil, Mapanget, Tikala, Tuminting, Wenang, Sario, Bunaken, Paal Dua dan Wanea.
Sedangkan tanah longsor berdampak di 22 kelurahan atau desa di 7 kecamatan. Kecamatan terdampak berada di Kecamatan Tikala, Singkil, Wanea, Bunaken, Mapanget dan Wenang.
Korban jiwa akibat banjir dan longsor berjumlah 5 warga, dengan rincian meninggal dunia akibat banjir 1 warga dan longsor 4. Selain korban meninggal, tanah longsor mengakibatkan warga luka berat 1 warga dan luka ringan. Mereka yang luka telah mendapatkan perawatan dari dinas kesehatan setempat.
Total warga mengungsi berjumlah 1.674 warga. Mereka tersebar di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Bunaken 948 warga, Paal Dua 370, Singkil 215, Tikala 100 dan Wanang 41. Petugas BPBD dan dinas terkait di wilayah kota mengoperasikan dapur umum dan memberikan pelayanan dasar lainnya.
Kerugian Material
Banjir dan longsor yang berlangsung pada Jumat pagi (27/1), pukul 06.00 waktu setempat atau Wita, berdampak juga pada kerusakan bangunan. Ratusan rumah mengalami kerusakan akbat banjir dengan tingkat yang berbeda.
Sebanyak 420 unit rumah warga kota mengalami rusak berat akibat banjir, sedangkan 103 lainnya rusak sedang dan 448 rusak ringan.
Kerusakan juga terjadi pada fasilitas umum, masing-masing satu unit, antara lain pasar, pemakaman warga, gereja, masjid, kantor kelurahan dan tempat pacuan kuda.
Sementara itu, tanah longsor mengakibatkan rumah rusak berat 33 unit, rusak sedang 59 dan 47 rusak ringan. Pada fasilitas umum, 1 unit masjid terdampak dan ruas jalan Adiura-Pandu terputus.
Setelah kejadian banjir dan tanah longsor Kota Manado, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan dana siap pakai untuk operasional tanggap darurat sebesar Rp500 juta. Di samping itu, bantuan logistik senilai Rp250 juta. Logistik yang didorong untuk penanganan para penyintas antara lain selimut 2.000 buah, terpal 1.000, tenda ukuran 3 x 4 meter 25, dan tenda ukuran 4 x 4 sebanyak 25.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menerima bantuan dana siap pakai sebesar Rp700 juta dan bantuan logistik senilai Rp300 juta. Bantuan logistik tersebut berupa selimut 3.000 buah, matras 3.000, tenda ukuran 3 x 4 sebanyak 50 dan tenda ukuran 4 x 4 50.
Peringatan dini cuaca pada hari ini dan esok, Selasa (31/1), mengidentifikasi wilayah Sulawesi Utara masih berpotensi mengalami hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Sedangkan di wilayah Kota Manado, beberapa wilayah masih terpantau potensi hujan dengan intensitas ringan. BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk selalu siap siaga dalam mengantisipasi dan menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang. (***)
(Sumber : Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB ,@bnpb.go.id)