Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin dan Prof Quraish dalam Seminar Persaudaraan Manusia (Foto : @kemenag.go.id)
Jakarta, goindonesia.co – Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin mengapresiasi ikhtiar tokoh dunia, mulai dari Grand Syekh Al Azhar, Paus Fransiskus, termasuk Prof M Quraish Shihab, untuk ikut terus menghidupkan semangat persaudaraan kemanusian.
Penegasan ini disampaikan Kamaruddin Amin saat menjadi narasumber pada Seminar Persaudaraan Manusia di Bait Al-Quran, Jakarta Selatan, Senin (26/2/2024). Hadir sebagai narasumber juga, pendiri dan anggota Majelis Hukama Muslimin (MHM) Prof. Dr. M Quraish Shihab MA.
Seminar ini diselenggarakan oleh MHM Kantor Cabang Indonesia. Giat ini diikuti oleh sejumlah akademisi dan mahasiswa, serta masyarakat umum. Seminar diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Persaudaraan Manusia Sedunia. Momen ini diperingati setiap 4 Februari sejak 2020 sehubungan ditandatanganinya Dokumen Persaudaraan Manusia oleh Grand Syekh Al Azhar dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 2019.
MHM adalah sebuah badan internasional independen yang didirikan di Abu Dhabi pada 21 Ramadhan 1435 H, bertepatan dengan 19 Juli 2014, di bawah kepemimpinan Grand Syekh Al Azhar Dr. Ahmed Al-Tayeb. MHM beranggotakan sejumlah cendekiawan, hakim, dan pejabat tinggi yang dikenal karena keadilan, moderasi, dan independensinya. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan perdamaian di masyarakat Muslim dan non-Muslim, serta menyebarkan dan meningkatkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan. Pakar tafsir Indonesia, Prof. Dr. M Quraish Shihab tercatat sebagai salah satu pendiri sekaligus anggota organisasi ini.
Menurut Kamaruddin, ikhtiar memberikan pencerahan kepada masyarakat secara global tentang pentingnya pengetahuan, pemahaman, sikap prilaku, dan penghormatan persaudaraan kemanusiaan sangat penting. Sebab, interaksi manusia dalam keragaman agamanya juga sangat luar biasa.
Sebagai birokrat, Prof Kamarudin mengatakan bahwa menjadi tugasnya untuk menindaklanjuti ikhtiar para tokoh dan membumikan pesan kemanusiaan hingga akar rumput. Sehingga, upaya itu tidak hanya menjadi wacana dan pemikiran, tapi terinternalisasi dan diamalkan di tengah hidup berbangsa dan bernegara.
Akan hal ini, Kamaruddin menjelaskan sejumlah upaya Kemenag. Pertama, mengembangkan kampung moderasi. Menurutnya, ada 1.000 kampung yang sedang dibina dan akan menjadi contoh bagaimana penghargaan sesama manusia itu dipraktikkan dan diamalkan di kampung itu.
“Umat Islam, anak mudanya dikumpulkan, dirukunkan. Mereka diajak untuk mengamalkan dan merefleksikan dalam interaksi keseharian agar mereka bisa saling menghormati dan menghargai, meski beda keyakinan,” paparnya.
“Ini sangat penting sekali, meski tidak mudah. Kita beri mereka pemahaman untuk saling menghargai dan menghormati,” sambungnya.
Kedua, membuat naskah khutbah. Setiap Jumat, Kemenag membuat 5 – 6 naskah khutbah untuk dibagikan ke umat. Isinya adalah pandangan keagamaan yang menghargai perbedaan, pluralitas.
“Setiap jumat kita siapkan 5 –6 naksh untuk dipilih masyarakat. Alhamdulillah ini dibaca luas. Naskah itu dibaca dan diunduh masyarakat luas. Ini salah satu instrument yang kita lakukan untuk mendiseminasikan,” sebut Kamaruddin Amin.
Ketiga, majelis Dai Kebangsaan. Kemenag melatih para dai dan menghimpunnya dalam wadah Dai Kebangsaan. Anggotanya saat ini sudah mencapai 12ribu di seluruh Indonesia. Pembinanya para Gubernur dan Bupati seluruh Indonesia dan Ketua MUI.
“Ini harus dikerjakan secara massif dan terstruktur. Tidak bisa parsial oleh kelompok tertentu. Mereka punya wawasan moderat dan toleran dan memiliki wawasan kebangsaan yang bagus. Tidak hanya menjadi umat yang baik tetapi warga negara yang baik,” sambungnya.
Atas nama pemerintah, Dirjen Bimas Islam menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada MHM kantor cabang Indonesia yang juga memiliki program dan visi sama dalam menguatkan persaudaraan manusia. Beragam kegiatan yang dilakukan MHM juga sejalan dengan program pemerintah.
Menurut Kamaruddin, kekhasan Indonesia adalah keterlibatan civil societ dalam berbangsa dan bernegara yang sangat luar biasa. Indonesia di tengah keragaman yang sangat besar tapi tetap stabil, karena memiliki infrasturktur sosial yang sangat kokoh, di antaranya ormas Islam, pesantren, civil society, yang secara sinergis kolaboratif membantu pemerintah menjaga kedamaian di Indonesia.
“Ini harus kita rawat dan jaga bersama sehingga Indonesia kita tetap aman, damai, sejuk, tidak mudah dipenetrasi gerakan dan paham yang bertentangan dengan ideologi bangsa kita,” jelas Prof Kamaruddin. (***)
*Kementerian Agama RI, Biro HDI Kemenag