Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN), Zakiyah saat menjadi Narasumber dalam Battery School Training, di Kawasan Puspiptek, Kota Tangerang Selatan – Banten. (Foto : @/www.bsn.go.id)
Banten, goindonesia.co – Kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sebagai komponen utama dalam transportasi berkelanjutan, membutuhkan peran penting standardisasi guna menjamin keselamatan, kinerja, serta interoperabilitasnya.
“Dari perspektif Badan Standardisasi Nasional, menetapkan standar guna keseragaman komponen EV, termasuk baterai, sistem pengisian daya, serta protokol keselamatan, sangat penting untuk mengembangkan industri secara luas,” jelas Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN), Zakiyah saat menjadi Narasumber dalam Battery School Training, pada Kamis (26/9/2024) di Kawasan Puspiptek, Kota Tangerang Selatan – Banten.
Standardisasi, lanjut Zakiyah, berperan sebagai landasan bagi pengembangan teknologi EV yang lebih handal dan efisien. Hal ini memungkinkan integrasi yang lebih baik antar produsen serta mendukung adopsi mobilitas listrik secara luas. “Pada akhirnya, hal ini akan membangun kepercayaan konsumen,” ujarnya.
Dengan pertumbuhan pesat pasar EV, BSN menekankan pentingnya pengembangan standar secara konsisten, yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. “Ini termasuk menyelaraskan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan Standar Internasional untuk memastikan kompatibilitas global dan kepatuhan atau compliance,” tambah Zakiyah.
Pengembangan standar ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan pemerintah, industri, konsumen, hingga pakar di bidangnya. Beberapa Komite Teknis Nasional terkait EV yang terlibat antara lain Komite Teknis 43-02 (Kendaraan Jalan Raya Bertenaga Listrik), Komite Teknis 29-06 (Instalasi dan Keandalan Ketenagalistrikan), Komite Teknis 29-07 (Kabel dan Konduktor Listrik), serta Komite Teknis 29-08 (Lengkapan Listrik).
Hingga Agustus 2024, dari 15.231 SNI yang telah ditetapkan BSN, 11.890 di antaranya masih aktif. Sebanyak 38 SNI berkaitan langsung dengan EV, sementara 13 SNI berkaitan dengan keselamatan dan kinerja komponen propulsi dan baterai. Beberapa di antaranya adalah:
SNI ISO/TR 8713:2017 Kendaraan berpenggerak listrik – Kosakata (ISO/TR 8713:2012, IDT); SNI ISO 6469-2:2018 Kendaraan Jalan yang Digerakkan Listrik – Spesifikasi Keselamatan – Bagian 2: Keselamatan Operasional Kendaraan; SNI IEC 62660-1:2017 Sel litium-ion sekunder untuk penggerak kendaraan listrik Bagian 1: Pengujian Performa; serta SNI IEC 61851-1:2017 Sistem pengisian konduktif kendaraan Iistrik- Bagian 1: Persyaratan umum (IEC 61851-1: 2017, IDT, Eng).
BSN juga telah menerbitkan Peraturan BSN No. 6 Tahun 2021 yang mengatur skema penilaian kesesuaian terhadap SNI sektor Elektroteknika, Telekomunikasi dan Produk Optik meliputi Skema Penilaian Kesesuaian untuk produk :
- Mobil penumpang dan/atau kendaraan komersial ringan bertenaga listrik berbasis baterai – performa;
- Pak baterai kendaraan listrik tipe L, M dan N – keselamatan;
- Baterai yang dapat dilepas dan ditukar untuk kendaraan bermotor listrik kategori L;
- Sakelar kontrol jarak jauh elektromagnetik; dan
- Moped dan/atau sepeda motor listrik berbasis baterai.
Dalam kesempatan tersebut, BSN bersama Founder National Battery Research Institute (NBRI), Prof. Dr. rer. nat. Evvy Kartini mengunjungi Laboratorium Pengujian Keamanan Baterai NBRI-Carsurin, yang saat ini tengah dalam proses akreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi (ISO/IEC 17025:2017, IDT). Ke depan, laboratorium ini diharapkan berfungsi sebagai Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) dengan ruang lingkup sesuai SNI 8872:2019 Kendaraan bermotor berpenggerak listrik kategori L – Sistem penyimpanan energi listrik mampu-isi-ulang.
Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta dapat memahami secara mendalam standar yang mengatur industri kendaraan listrik, serta memperoleh keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan dan penerapan standardisasi, baik di industri EV nasional maupun global. (***)
*(Humas-Badan Standardisasi Nasional)