Sri Setyaningsih penyandang difabel yang tergabung dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina melalui program Difablepreneur (Dokumentasi : PT Pertamina(Persero), @www.pertamina.com)
Jakarta, goindonesia.co – Sri Setyaningsih merupakan salah satu dari sekian penyandang difabel yang tergabung dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina melalui program Difablepreneur di Kabupaten Boyolali, Jawa Tegah. Dalam ajang BUMN Corporate Communications and Sustainability Summit (BCOMSS) 2023, Kamis malam di Jakarta (9/3), dirinya didaulat sebagai local hero terbaik di antara sejumlah kontestan lainnya yang dibina oleh perusahaan BUMN di Indonesia.
Local hero merupakan istilah bagi tokoh masyarakat yang mampu menginsipirasi orang banyak, khususnya dalam mewujudkan dampak perubahan positif melalui program TJSL yang dijalankan oleh suatu perusahaan.
Pejabat sementara (Pjs.) Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Kevin Kurnia Gumilang dalam keterangan pers mengungkapkan program Difableprenuer merupakan salah satu program TJSL unggulan yang dijalankan Pertamina bersama masyarakat di sekitar Fuel Terminal Boyolali.
“Program ini telah dirintis sejak tahun 2018 dan hingga saat ini telah memberdayakan sedikitnya 350 penyandang disabilitas di Kabupaten Boyolali,” ungkap Kevin.
Dia menambahkan, program tersebut terus mengalami perkembangan dengan bertambahnya jumlah kelompok difabel yang dibina, dari semula 1 kelompok menjadi 3 kelompok difabel dengan masing-masing kegiatan wirausaha.
“Di antaranya Kresna Patra dengan kegiatan menjahit, Sriekandi Patra dengan kegiatan membatik, dan Komunitas Difabel Ampel melalui kegiatan jasa antar (delivery) tabung gas Pertamina. Di mana Ibu Sri Setyaningsih menjadi salah satu penggagas lahirnya kelompok Kresna Patra,” tuturnya.
Sri Setyaningsih dalam ajang penjurian BCOMSS menceritakan perjalanan hidupnya hingga akhirnya tergabung ke dalam program TJSL Pertamina bersama penyandang difabel lainnya.
”Saya pernah merantau meninggalkan Boyolali untuk bekerja di perusahaan garmen di Boyolali selama 15 tahun pada tahun 2000 hingga tahun 2015. Namun kemudian hati saya tergerak pulang ke Boyolali untuk merintis komunitas difabel dengan kegiatan menjahit,” cerita Sri.
Meskipun demikian niat baiknya tidak langsung berjalan mulus saat itu, hingga akhirnya Sri dipertemukan dengan Pertamina pada tahun 2021 dalam pengembangan program TJSL Difableprenuer.
”Banyak bantuan yang kami terima dari Pertamina di antaranya bantuan alat-alat jahit hingga renovasi bangunan yang saat ini menjadi sanggar jahit kelompok difabel Kresna Patra serta berbagai pelatihan hingga beberapa dari kami mampu memenuhi keterampilan bekerja di perusahaan garmen di Boyolali,” pungkas Sri.
Hal itu menurutnya memberikan dampak perubahan yang signifikan bagi kehidupan penyandang disabilitas yang dialami.
“Dari yang semula tidak bisa melakukan apa-apa kini sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, bahkan keluarganya,” ujar Sri. (***)
*PT Pertamina(Persero), @www.pertamina.com