Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla hadir dalam acara pengukuhan Duta Damai Santri dan Regenerasi Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Tengah di Semarang, Kamis (15/6/2023). ANTARA/HO-PMD BNPT
Jakarta, goindonesia.co – Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla menilai generasi muda harus tahu bagaimana mencegah terjadinya penyebaran narasi keagamaan yang keliru.
“Serta mengurangi dampak dari aksi kelompok radikal di dunia maya,” ujar Ulil dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (16/6/23).
Ulil menilai maraknya narasi keagamaan yang keliru di media sosial, bisa menjadi salah satu akar dari radikalisme berbasis agama. Sebab, narasi keagamaan yang keliru seringkali menyebar dengan cepat dan luas di media sosial dan dapat mempengaruhi pemahaman agama seseorang secara negatif.
“Peran generasi muda di dalam menghadapi narasi keberagamaan yang radikal yang paling utama adalah memahami bagaimana cara kerja kelompok ini,” terang Ulil.
Menurut Ulil, kaum milenial tidak akan bisa menanggapi ideologi radikal jika tak memahami cara kerja kelompok tersebut berselancar di dunia maya. Ia menyebut, jika sudah memahami, maka akan lebih mudah merumuskan narasi tandingan.
Namun pada kenyataannya, menurut Ulil, masih banyak generasi muda, termasuk para santri, yang hanya menjadi pengguna media sosial yang pasif. Padahal mereka memiliki ilmu agama yang cukup.
“Kelemahan para santri mereka kurang artikulatif, kurang banyak menulis, kurang banyak membuat dan memproduksi konten dan juga kurang canggih memahami bahasa komunikasi saat ini,” tuturnya.
Ulil juga menyampaikan akar penyebab radikalisme berbasis agama sangat kompleks dan ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kemunculannya. Karena itu menurut dia, radikalisme berbasis agama tidak bisa dipisahkan dari konteks masyarakat modern dengan seluruh karakteristik masyarakat.
Dia mengungkapkan bahwa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya radikalisme berbasis agama antara lain tekanan politik, solidaritas agama, budaya keagamaan masyarakat, kebijakan pemerintah, dan pendidikan.
“Faktor-faktor tersebut dapat menciptakan rasa marginalisasi, frustrasi, dan keputusasaan yang dapat menyebabkan individu menganut ideologi radikal,” ujarnya.
Menurut dia, untuk mengatasi masalah radikalisme berbasis agama, penting untuk mengatasi akar penyebabnya dan mempromosikan pendidikan, toleransi, dan pemahaman. (***)
*tribratanews.polri.go.id