Berita

Obsesif Kuasai 2.050 Hektar Kebun Petani, PTPN V Terus Menebar Ancaman pada 997 Petani

Published

on

Photo : Hendardi Ketua SETARA Institute (Ist.)

Erick Thohir Mesti Bertindak

Jakarta, goindonesia.co — Laporan atas dugaan penyerobotan tanah kepada Satgas Mafia Tanah Bareskrim Polri dan laporan dugaan tindak pidana korupsi pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang dilakukan oleh 997 petani yang terhimpun dalam Koperasi Petani Sawit Makmur (Kopsa M) dan Tim Advokasi Keadilan Agraria-SETARA Institute,  akan  menjadi  pembuka  kotak  pandora  buruk  rupa  tata  kelola PTPN V, yang sebelumnya tidak pernah terusik, khususnya kemitraan yang tidak setara antara PTPN V dengan petani-petani plasma di Kampar, Riau.

Upaya 997 petani memperjuangkan haknya yang meminta pertanggung jawaban PTPN V dalam pembangunan kebun gagal dan beralihnya kepemilikan lahan petani,  telah  meningkatkan  ancaman  kepada  para  pengurus  Kopsa  M, pekerja kebun dan petani. Apalagi Bareskrim Polri telah menyelesaikan pemeriksaan  awal  terhadap  37  saksi  pada  30  Agustus-3  September  2021. SETARA Institute mengapresiasi langkah Polri yang cepat merespons pelaporan petani.

Serangan PTPN V terhadap petani berupa

(1) tuduhan penggelapan penjualan hasil kebun yang sebenarnya milik petani

(2) menyandera dana lebih dari 3 milyar milik petani atas penjualan buah kepada PTPN V,

(3) mengadudomba petani dengan membentuk kepengurusan koperasi abal-abal,

(4) upaya-upaya pengambilan kantor dan properti koperasi yang berpotensi menimbulkan kekerasan,

(5) melumpuhkan pengurus Kopsa M periode 2016-2021 yang sah dan legitimate dengan intervensi yang melawan hukum dan menggunakan tangan- tangan alat negara,

termasuk (5) menggunakan alat negara memaksa pengesahan pengurus koperasi tandingan yang dibentuk oleh PTPN V.

Serangan membabi buta yang dilakukan PTPN V ini telah melengkapi dugaan tata kelola yang tidak akuntabel PTPN V yang bertindak sebagai pendamping koperasi dan petani dengan menggelembungkan hutang petani yang bersumber dari pinjaman Bank Mandiri, yang hingga kini mencapai lebih 150 miliar. Modus ini akan berujung pada potensi perampasan 2.050 hektar kebun petani yang dijaminkan di Bank Mandiri.Menteri BUMN Erick Thohir wajib bertindak dan memerintahkan PTPN V untuk menghentikan cara-cara bisnis BUMN yang bertentangan dengan semangat Menteri BUMN membangun BUMN yang bersih dan bertentangan dengan semangat Presiden Jokowi yang justru menggalakan reforma agraria, agar petani- petani memiliki akses tanah untuk penghidupan.

Cara-cara yang diperagakan PTPN V adalah cara purba bisnis BUMN sebagaimana dilakukan di masa lalu yang tidak berorientasi pada perlindungan rakyat dan menggunakan alat-alat kekuasaan untuk memproteksi kepentingan bisnisnya. Padahal, BUMN diciptakan untuk membangun negeri, termasuk di dalamnya menjadi instrumen peningkatan kesejahteraan rakyat.

SETARA Institute mengingatkan kepada berbagai pihak untuk bersikap profesional dan netral, karena apa yang terjadi saat ini antara PTPN V dengan Kopsa M adalah hubungan keperdataan antara Anak Angkat (Kopsa M) yang tidak  dikehendaki  karena  kritis  memperjuangkan  hak  dengan  Bapak  Angkat (PTPN V) yang tidak bertanggung jawab dalam tata kelola kemitraan Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA).

Erick Thohir semestinya tidak hanya menghentikan cara-cara purba PTPN V, tetapi lebih dari itu, yakni mendukung upaya-upaya 997 petani yang sedang memperjuangkan hak-haknya yang dirampas lebih dari 10 tahun. Kasus yang dialami oleh Kopsa M adalah salah satu dari kasus serupa yang dialami lebih dari

10 koperasi yang juga bermitra dengan PTPN V. Erick Thohir bisa menjadikan langkah  petani  ini  sebagai  momentum  dan  entry  point  reformasi  tata  kelola BUMN di sektor perkebunan yang selama ini seringkali menjadi beban APBN dibanding menjadi sektor yang kontributif bagi peningkatan pendapatan negara. (***)

Trending

Exit mobile version