Menteri ESDM Arifin Tasrif di acara PYC International Energy Conference 2023 di Jakarta, Jumat (15/9). (Foto : @www.esdm.go.id)
Jakarta, goindonesia.co – Bukan hanya Indonesia yang berkomitmen untuk menjalankan transisi ke arah energi berkelanjutan demi menciptakan ekonomi masa depan dan sustainable. Negara – negara di Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) juga mempunyai paradigma pembangunan energi yang semakin terpusat menuju Net Zero Emission dimana transisi menuju energi baru dan terbarukan menjadi pilar utama untuk mencapai tujuan tersebut.
Negara-negara di ASEAN diberkahi dengan sumber daya energi yang beragam dan berlimpah, khususnya sumber daya energi terbarukan yang berjumlah lebih dari 17.000 Giga Watt (GW) yang sebagian besar berasal dari tenaga surya 15.602 GW dan angin 1.255 GW. Sedangkan cadangan gas sekitar 130 Trillion Cubic Feet (TCF) terutama berasal dari Indonesia 44 TCF, Malaysia 32 TCF, dan Vietnam 22,8 TCF.
“ASEAN dengan sumber daya energi bersih dan terbarukan yang sangat besar telah melakukan upaya terbaiknya dalam menerapkan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission pada pertengahan abad ini,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif di acara PYC International Energy Conference 2023 di Jakarta, Jumat (15/9).
Proses menuju NZE melalui transisi energi telah dilakukan Indonesia untuk menuju energi bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi.
“Untuk Indonesia, kami telah mengembangkan peta jalan transisi energi untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat. Dalam peta jalan ini, kami bertujuan untuk mengembangkan 700 GW energi terbarukan dalam bauran energi, yang berasal dari tenaga surya, air, laut, panas bumi, dan nuklir,” lanjut Arifin.
Guna mendukung negara-negara ASEAN menuju NZE, Indonesia berencana akan membangun Super Grid untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan. Hal ini akan membuka peluang untuk terhubung dengan ASEAN Power Grid.
PYC International Energy Conference 2023 sendiri bagian dari kerja sama dengan Kementerian ESDM dengan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), Centre For Policy Development (CPD) Australia, Climateworks Centre, International Institute for Sustainable Development (IISD), Indonesia Research Institute for Decarbonisation (IRID), dan Institute for Essential Services Reform (IESR) menyelenggarakan side event Indonesia ASEAN Chairmanship 2023 yaitu PYC International Energy Conference (IEC) 2023.
Acara yang berlangsung sejak tanggal 15-16 September 2023 di Hotel JS Luwansa Jakarta ini juga merupakan bagian dari rangkaian HUT Pertambangan dan Energi ke-78. Tema yang didiskusikan dalam konferensi tahun 2023 ini adalah “Collaboration in Action for Inclusive Energy Roadmap” (Kolaborasi dalam Aksi untuk Peta Jalan Energi Inklusif).
PYC IEC tahun 2023 ini merupakan kegiatan konferensi energi internasional yang ke-4 yang telah rutin diadakan dua tahunan oleh PYC sejak tahun 2017. Kegiatan konferensi ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan di sektor energi skala lokal maupun internasional antara lain, mahasiswa, peneliti, ahli atau pakar energi, sektor swasta, dan perwakilan pemerintah. Para pemangku kepentingan tersebut hadir dalam rangka mendiskusikan isu-isu energi global, regional ASEAN, maupun tingkat lokal Indonesia. (***)
*Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama