Liputan6.com, Jakarta – PepsiCo, Coca-Cola, McDonald’s dan Starbucks menangguhkan bisnis di Rusia. Hal ini dilakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Pepsi telah menjual produknya di Rusia selama lebih dari enam dekade. Selain itu, McDonald’s membuka lokasi pertama di Moskow hanya beberapa bulan sebelum Uni Soviet runtuh.
Dalam beberapa hari terakhir, Pepsi, Coke, McDonald’s dan Starbucks telah menuai kritik karena terus beroperasi di Rusia. Sementara perusahaan Amerika Serikat lainnya mengumumkan penangguhan dan penghentian penjualan.
Profesor Yale Jeffrey Sonnenfeld menyusun dan mempublikasikan daftar perusahaan AS yang menarik diri dari Rusia telah invasi ke Ukraina. Hingga Selasa sore waktu setemapt, Coke adalah salah satu nama yang paling dikenal.
“Hati kami bersama orang-orang yang menanggung dampak buruk dari peristiwa stragis di Ukraina ini. Kami akan terus memantau dan menilai situasi seiring perkembangan,” tulis Coke dilansir dari CNBC, Rabu (9/3/2022).
Rusia, mewakili salah satu dari sedikit wilayah di dunia, saingan Coke, PepsiCo memiliki kehadiran lebih besar. Dalam dokumen kepada regulator, Coke menyebutkan bisnisnya di Ukraina dan Rusia menyumbang sekitar 1 persen-2 persen dari pendapatan operasional bersih konsolidasi dan laba operasi pada 2021.
Pepsi
Di sisi lain, Pepsi menghasilkan sekitar 4 persen dari pendapatan tahunannya di Rusia meski tidak menghentikan semua bisnis di negara itu.Perseroan mengatakan akan terus menjual sejumlah produk penting seperti susu formula dan makanan bayi.
Selain itu, perseroan akan menangguhkan penjualan di Rusia antara lain Pepsi-Cola, 7UP dan Mirinda bersama dengan investasi modal dan semua kegiatan iklan dan promosi.
“Sebagai perusahaan makanan dan minuman, sekarang lebih dari sebelumnya, kami harus tetap setia pada aspek kemanusiaan dari bisnis kami,” ujar CEO Pepsi Ramon Laguarta.
Sebelumnya pada Selasa, 8 Maret 2022, the Wall Street Journal melaporkan Pepsi sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk bisnisnya di Rusia termasuk hapus nilai bisnisnya di Rusia. Sanksi ekonomi telah memperumit proses pembongkaran aset Rusia. (***)