Berita

Larangan Memasuki Kampung Pumpente dan Laingpatihe Kabupaten Sitaro

Published

on

Rambu atau tanda larangan dalam radius 4 km atau berada di kaki Gunung Ruang. (Foto : Bidang Pengelolaan Data dan Sistem Informasi/Andri Cipto Utomo, @bnpb.go.id)

Sitaro, goindonesia.co – BNPB terus mendampingi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) meskipun status aktivitas vulkanik Gunung Ruang turun dari ‘awas’ (level IV) menjadi ‘siaga’ (level III). Penurunan status tersebut berlaku sejak Senin, 22 April 2024 lalu, puku 09.00 WITA. 

Pendampingan BNPB kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro di antaranya untuk memastikan keselamatan warga, khususnya yang tinggal di Pulau Ruang. Sosialisasi dilakukan pemerintah daerah dengan memasang rambu yang menginformasikan larangan untuk memasuki Kampung Pumpente dan Kampung Laingpatehi, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut), yang berada di dalam radius 4 km atau berada di kaki Gunung Ruang. 

Deputi Logistik Peralatan BNPB, Dr. Lilik Kurniawan bersama jajaran, BPBD Provinsi Sulut dan BPBD Kabupaten Sitaro dengan menggunakan Kapal Motor Kabupaten Biaro untuk memantau langsung daerah yang sudah dipasang rambu. Pada pemantauan dari atas kapal, masih terlihat penduduk setempat yang menyelamatkan barang dari sisa erupsi. 

“Rambu atau tanda larangan tersebut merupakan sarana sosialisasi kepada masyarakat agar tidak memasuki lagi Kampung Pumpente dan Laingptehi yang masuk dalam radius kawasan rawan bencana,” kata Lilik, Rabu (24/4).

Sekretaris Daerah Kabupaten Sitaro telah membentuk tim verifikasi data pengungsi yang melibatkan organisasi perangkat daerah terkait dan Kapitalau (kepala desa) untuk mendata pengungsi Kabupaten Sitaro dengan hasil 14.045 jiwa terdampak  dengan rincian 6.842 laki-laki dan 7.044 perempuan. 

Sedangkan pengungsian, total warga mengungsi sebanyak 6.125 jiwa, dengan rincian 2.943 laki-laki dan 3.182 Perempuan yang tersebar di 13 titik. 

Penanganan pengungsi selanjutnya akan dipisahkan menjadi dua bagian. Pengungsi yang berasal dari Pulau Ruang akan dısatukan dalam satu tempat di gedung Balai Latihan Kerja (BLK).

Pengungsi yang berasal dari Pulau Tagulandang tersebar di rumah sanak famili atau masih bertahan di rumahnya.  Kendala yang dihadapi pada pengungsian tersebar di rumah saudara atau rumah sendiri ini atap yang berlubang akibat lontaran batu Gunung Ruang pekan lalu.

Sampai saat ini tercatat kerugian materiil yang terdampak antara lain 3.331 unit rumah, 31 unit sarana ibadah , 11 unit perkantoran, 21 unit sarana pendidikan dan 5 unit sarana kesehatan. Sedangkan jumlah rumah rusak sebanyak 363 unit. 

Saat ini gudang di dermaga Tagulandang sudah dilakukan pembersihan dan pembenahan gudang yang dilakukan oleh BPBD dan anggota Korem. Gudang ini dipakai untuk memindahkan bantuan logistik dan peralatan dari BLK yang sebelumnya menjadi gudang dan saat ini akan disiapkan untuk lokasi pengungsian pendudukan Gunung Ruang.

Bantuan BNPB tahap 1 yang sudah diberikan ke pemerintah daerah, antara lain operasional dana siap pakai Rp350 Juta, seng 10.000 lembar, tenda pengungsi 5 set, tenda keluarga 100 unit, light tower 4 unit, genset 4 unit, sembako 300 paket, makanan siap saji 300 paket, hygiene kit 300 paket, matras 300  , selimut 300 lembar, kasur lipat 150 lembar, masker 300 boks, velbed 50 unit, toilet portable 10 paket, survival kit pengungsi 300 paket, terpal sebanyak 320 lembar. 

Saat ini bantuan tahap 2 sedang berada dalam perjalanan pengiriman ke Tagulandang. (***)

*Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Trending

Exit mobile version