Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjadi salah satu pembicara utama pada Ocean and Climate Change Dialogue 2024 yang diselenggarakan oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) (Foto : @www.bmkg.go.id)
Bonn, goindonesia.co – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjadi salah satu pembicara utama pada Ocean and Climate Change Dialogue 2024 yang diselenggarakan oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Dalam kesempatan ini, Dwikorita menekankan pentingnya pengamatan sistematis dalam memahami dan menghadapi tantangan perubahan iklim.
Dalam paparannya, Dwikorita menjelaskan bahwa suhu permukaan Bumi terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Berdasarkan laporan World Meteorological Organization (WMO), suhu global pada tahun 2020 mencapai 1,2 derajat Celcius di atas suhu rata-rata global sejak era Revolusi Industri. Angka ini meningkat menjadi 1,4 derajat Celcius pada tahun 2023, menjadikan tahun tersebut sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Data ini, lanjutnya, hanya dapat diperoleh melalui pengamatan sistematis yang terus menerus.
“Pengamatan sistematis sangat penting, baik di tingkat nasional, regional, maupun global, terutama dalam konteks adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ujar Dwikorita. Ia menegaskan bahwa tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Dwikorita juga menyoroti peristiwa El Nino yang menyebabkan gelombang panas laut di Pasifik tropis timur pada tahun 2023. Menurutnya, fenomena ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan sistematis, termasuk melalui satelit, untuk memahami dampak perubahan iklim secara lebih komprehensif.
Lebih lanjut, analisis BMKG menunjukkan bahwa peningkatan suhu global telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana seperti kekeringan dan banjir. “Kita menghadapi semakin banyak peristiwa ekstrem yang berlangsung lebih lama dan dengan intensitas yang lebih tinggi,” tambahnya.
Di tingkat nasional, BMKG telah mengimplementasikan teknologi digital twin untuk memperkuat layanan. Upaya ini termasuk peningkatan jaringan pengamatan di laut dan darat, serta peningkatan kapasitas pemrosesan data dan penyebaran informasi kepada publik dan sektor pengguna.
“Laut memainkan peran penting dalam mengatur iklim Bumi, sehingga pengamatan laut yang sistematis dan terintegrasi dengan atmosfer sangat penting,” jelas Dwikorita.
Sebagai penutup, Dwikorita menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan hasil sains dalam proses negosiasi UNFCCC. “Tanpa pengamatan sistematis, kita tidak bisa melakukan analisis yang tepat dan memberikan informasi yang akurat,” tegasnya. Ia berharap upaya pengamatan sistematis ini dapat dipertimbangkan lebih lanjut dalam proses negosiasi di UNFCCC untuk menghasilkan kebijakan yang berbasis ilmu pengetahuan.
Partisipasi BMKG dalam Ocean and Climate Change Dialogue 2024 menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung aksi global untuk menghadapi tantangan perubahan iklim melalui pendekatan yang nyata, khususnya BMKG senantiasa memberikan informasi yang akurat dan terpercaya. (***)
*Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika