Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Kemenag, Waryono Abdul Ghafur (Foto : Istimewa, @kemenag.go.id)
Nagekeo, NTT, goindonesia.co – Kementerian Agama (Kemenag) bersama pemerintah daerah Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), meresmikan Kampung Zakat di Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa, Rabu (7/8/2024). Wilayah tersebut merupakan perkampungan nelayan di pulau Flores yang didiami masyarakat beragama Islam dan Katolik, dan terdampak bencana tsunami pada 1992.
Kampung Zakat merupakan program sinergi antara Ditjen Bimas Islam, Kemenag, dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan lembaga pengelola zakat lainnya. Program ini bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan ekonomi umat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk daerah 3T.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Kemenag, Waryono Abdul Ghafur, menegaskan, program Kampung Zakat bersifat inklusif. “Meski namanya Kampung Zakat, ini adalah kampung inklusif. Ini Kampung Moderasi Beragama,” jelasnya.
Waryono menegaskan, masyarakat yang berada di wilayah Kampung Zakat perlu menghargai keberagaman. “Kita warga Indonesia, sejak awal dilahirkan berbeda-beda atas kehendak Yang Maha Kuasa. Siapa pun yang menghendaki semua sama, itu bertentangan dengan kehendak Allah. Tuhan sendiri yang menghendaki kita berbeda-beda,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dana zakat yang digelontorkan BAZNAS atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) diperuntukkan bagi golongan yang berhak menerima zakat. Sementara dana bantuan pemerintah dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL) bersifat stimulan dan dapat digunakan untuk mendukung program Kampung Zakat, yang juga bermanfaat bagi masyarakat non-Muslim.
Waryono juga mendorong pengurus Kampung Zakat untuk membangun komunikasi dengan stakeholder lainnya, seperti pemerintah daerah.
Ia pun mengaku senang dan bangga melihat masyarakat di Nangadhero yang rukun, serta memiliki keinginan untuk maju dan sejahtera bersama.
“Selamat kepada pengurus Kampung Zakat, semoga lebih solid untuk memastikan Kampung Zakat ini berjalan. Kami punya road map Kampung Zakat ini pendampingan selama tiga tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kami hadir bersama BAZNAS, LAZ, dan stakeholder lainnya,” tutupnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Nagekeo, Lukas Mere, menyambut baik program Kampung Zakat. “Selain Kampung Zakat, kami juga mendukung apa pun program dari Kemenag, termasuk pendirian sekolah Katolik di sini,” ujarnya.
Lukas menambahkan, adanya pelibatan BAZNAS dalam program ini memberi kesan tersendiri dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan. “BAZNAS adalah badan penyelamat dari dunia hingga akhir. Penyelamat kemanusiaan,” ungkapnya.
Kepala Kantor Kemenag Nagekeo, Krensentia Reo mengungkapkan, komposisi masyarakat Islam dan Katolik hampir berimbang di Desa Nangadhero. Peluncuran Kampung Zakat tersebut dihadiri berbagai tokoh agama, adat, dan pemuda setempat, serta perwakilan dari Kanwil Kemenag NTT, BAZNAS, dan LAZ Yayasan Yatim Indonesia. (***)
* Kementerian Agama RI, Biro HDI Kemenag