Berita

Kecam Perang, Tapi AS Tetap Izinkan Impor Minyak dari Rusia

Published

on

Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, goiIndonesia.co – Para pedagang (trader) minyak di pusat perdagangan minyak terbesar di Amerika Serikat berhati-hati melakukan impor minyak dari perusahaan Rusia, bahkan menahan impor minyak dari negeri pimpinan Vladimir Putin tersebut, meskipun Gedung Putih mengatakan penjualan minyak bukanlah menjadi bagian dari sanksi kepada Rusia.

Respons dari para pedagang minyak tersebut menunjukkan bahwa sanksi telah mengganggu pasar energi lebih dari yang diharapkan setelah terjadinya serangan Rusia ke Ukraina.

Harga minyak mentah berjangka telah melonjak di atas US$ 100 per barel meskipun Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya belum memblokir penjualan minyak Rusia. Hal ini dikhawatirkan bisa berdampak pada kenaikan inflasi.

Mengutip Reuters, Rabu (02/03/2022), Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyatakan dapat memblokir minyak Rusia jika Rusia melanjutkan serangannya terhadap Ukraina.

Beberapa anggota parlemen dari kedua partai politik utama AS mendesak larangan langsung atas impor Rusia. Tetapi memotong pasokan dari Rusia dapat menyebabkan harga bensin di AS melonjak, sementara Rusia terus menjual minyak ke China atau negara lain.

Eksekutif perusahaan dan pedagang individu di pusat di New York dan Teluk AS mengatakan mereka khawatir Washington dapat melakukan langkah tambahan, dan juga mereka tidak ingin terlihat mendanai perang Rusia-Ukraina tersebut.

Beberapa anggota parlemen dari kedua partai politik utama AS mendesak larangan langsung atas impor Rusia. Tetapi memotong pasokan dari Rusia dapat menyebabkan harga bensin di AS melonjak, sementara Rusia terus menjual minyak ke China atau negara lain.

Eksekutif perusahaan dan pedagang individu di pusat di New York dan Teluk AS mengatakan mereka khawatir Washington dapat melakukan langkah tambahan, dan juga mereka tidak ingin terlihat mendanai perang Rusia-Ukraina tersebut. (***)

Trending

Exit mobile version