Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman MI/Andri Widiyanto
Jakarta, goindoneisa.co – Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lame Muhar mengapresiasi inspeksi mendadak (sidak) Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Dudung Abdurachman ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta.
Andrian menegaskan pihaknya tidak hendak menilai ketepatan posisi jabatan dalam persoalan minyak goreng. Justru menurutnya, keikutsertaan berbagai pihak dalam merespons masalah minyak goreng patut dihargai.
Kehadiran Dudung bisa memunculkan rasa aman dan tenang di kalangan pedagang dan konsumen.
“Kehadiran Kasad dapat menimbulkan rasa aman bagi pedagang, TNI turut andil dalam mendukung program pemerintah menangani masalah minyak goreng ini, seperti jaman dahulu pernah ada ABRI masuk desa dan sekarang TNI masuk pasar, ini kita apresiasi sekali,” ungkapnya.
Andrian juga menegaskan tidak hanya TNI AD yang turut andil, tetapi juga Polri. Ia juga berharap unsur lain turut andil dalam soal minyak goreng. Menurutnya, semua pihak diharapkan bisa membantu dengan kelebihan masing-masing. Andrian juga tidak melihat hal itu sebagai tumpang tindih.
Karena minyak goreng sudah bukan lagi persoalan sektoral, melainkan masalah publik. Menurutnya, yang paling penting adalah saling koordinasi.
“Saya rasa bukan hanya dari TNI saja yang turun, dari Polri juga turun tangan, mungkin ke depan juga dari angkatan yang lain turut andil misal dari TNI AU, TNI AL untuk membantu masalah ini ya silakan saja, karena pasti mereka mempunyai kekuatan-kekuatan masing-masing untuk membantu,” tuturnya.
Terkait tingginya harga minyak goreng, Andrian mengaku mengikuti harga pasaran yang didapat dari distributor.
“Kami para pedagang linier saja, kalau kami dapat dari D1 atau D2 sudah cukup tinggi, otomatis di pengecer juga tinggi. Kalau harga terlalu tinggi dan konsumen susah membelinya maka pendapatan pedagang kami juga turun,” tukasnya.
Andrian juga mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk mengganti minyak goreng curah dengan minyak kemasan. Menurutnya, minyak goreng curah punya potensi penguapan yang cukup besar dalam proses pendistribusian. Ia mencontohkan proses pemindahan dari tangki ke jeriken, dan dari jeriken ke plastik. Meski dalam hitungan tetes, namun kebocoran itu akan bertambah seiring banyaknya minyak goreng yang didistribusikan.
“Sebenarnya para pedagang pasar untuk minyak goreng curah berpikir banyak menguapnya. Jadi gayung bersambutlah Pak Menteri bilang minyak goreng curah akan diganti dengan minyak kemasan, karena isinya sudah tertakar dari pabrik,” pungkasnya. (***)