Foto: Penjual gorengan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, goindonesia.co – Kalangan pengusaha warteg mewanti-wanti masyarakat bahwa tahu dan tempe bakal tidak tersedia pada awal pekan depan. Hal ini tidak lepas dari keputusan para pengrajin tahu-tempe yang bakal mengadakan aksi mogok produksi sebagai protes tingginya harga kedelai.
“Kita sudah diberi tahu pedagang bahwa stok awal pekan depan kosong karena produksi berhenti, jadi tahu dan tempe kemungkinan kosong di warteg tiga hari awal pekan depan,” kata Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/2/22).
Pemilik kedai warteg sebenarnya memiliki peluang untuk tetap menyediakan menu tahu dan tempe, yakni dengan cara memborongnya sebelum pengrajin berhenti produksi. Namun itu tidak mudah karena karakteristik tahu-tempe sendiri.
“Kalau terlalu lama disimpan jadi tidak enak, misal beli di hari minggu lalu dimasak hari rabu. Kan tahu-tempe ini harus cepat disajikan. Jadi beli hari ini ya dimasak hari ini juga,” jelas Mukroni.
Kondisi ini tentu menyulitkan para pengusaha warteg. Saat ini mereka lebih banyak mengandalkan tahu-tempe dalam dominasi menunya. Menu lain seperti daging tidak menjadi pilihan utama karena harganya yang tergolong mahal.
“Saat ini saja tahu-tempe sudah mahal, jadi untuk menjualnya kita potong tipis-tipis, kalau bisa bahkan setipis ATM,” ujar Mukroni.
Harga kedelai mahal menjadi faktor utama kenapa tahu tempe di warteg bisa setipis ATM. Persoalan kedelai ini juga yang membuat Perajin tahu tempe bakal mogok 21, 22, dan 23 Februari 2022. Mereka yang bakal mogok tersebar di wilayah Jabodetabek dan beberapa daerah di Jawa Barat.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin membeberkan alasan mogok lantaran harga kedelai terus-terusan melonjak.
“Akibat daripada naiknya harga kedelai ini. Terus gitu naik terus, dari Rp 9 ribu sekarang jadi Rp 11.500, jadi banyak yang berhenti produksi terutama yang 20kg/hari beli kedelainya,” tutur Aip. (***)