Foto: Ketua Umum PSSI Erick Thohir dalam Press Conference terkait Tiket FMD Indonesia Vs Argentina. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, goindonesia.co – Holding BUMN pariwisata dan aviasi InJourney blak-blakan soal proyek pengembangan Kawasan Ekonomi Pariwisata Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB) ternyata meninggalkan utang sebesar Rp4,6 triliun. Adapun utang ini terdiri atas kewajiban pembayaran jangka pendek sebesar Rp1,2 triliun dan jangka panjang Rp3,4 triliun.
Menanggapi hal ini, Menteri BUMN RI, Erick Thohir beranggapan bahwa utang-utang tersebut merupakan biaya untuk pembangunan infrastruktur. Karena merupakan pembangunan yang memakan waktu cukup lama hingga 8 tahun dan keuntungannya yang memakan waktu untuk kembali, banyak yang memiliki persepsi pribadi bahwa Mandalika adalah sebuah pemborosan.
“Ini namanya pembangunan infrastruktur sama seperti pembangunan jalan tol. Kita bukan buka seperti supermarket yang buka hari ini , besok langsung ada transaksi. Kalo infrastruktur perlu 8 tahun. Ini yang kadang-kadang di-mispersepsi-kan ‘ooo BUMN utang. Mandalika pemborosan’. Itu persepsi masyarakat tertentu. Tapi untuk di sekitarnya belum tentu sama,” ujarnya dalam acara Pertamina Energizing You, Sabtu (17/6/2023).
Dia menambahkan, Mandalika adalah proyek yang sudah eksis sejak beberapa periode yang lalu. Untuk itu Erick menegaskan harus ada keberlanjutan proyek. Bahkan, proyek Mandalika juga menghasilkan beberapa infrastruktur yang bermanfaat, seperti bandara, hingga jalan raya.
“Mandalika itu proyek lama presiden-presiden sebelumnya. Lihat ada jalan ada airport. Airport dibangun tahun berapa. Jalan besar jaman siapa. Baru jaman pak Jokowi ada jalan lagi,” jelasnya.
“Ketika Nusa dua seperti hari ini, masyarakat Bali senang. Ini yang kadang-kadang harus stop membangun persepsi yang membohongi rakyat tanpa fakta dan data. Kasian. Hari ini kita perlu kebersamaan membangun negara ini,” imbuhnya.
Erick pun tidak menampik bahwa banyak pihak yang menciptakan persepsi BUMN memiliki banyak utang dan memiliki potensi besar untuk bangkrut. Padahal, menurut Erick angka penjualan BUMN sudah banyak meningkat.
Bahkan, menurutnya dalam sebuah holding, menjadi sebuah hal yang lumrah jika ada 1 anak perusahaan yang tidak sehat di antara beberapa anak perusahaan yang masih baik pengelolaannya.
“Bahkan penjualannya Rp 3.000 T, mana ada perusahaan yg Rp 3.000 di Indonesia. Untungnya Rp 250 triliun. Tentu sama di dunia usaha juga ibarat kita punya perusahaan 3, gak mungkin semua sehat, mungin 2 sehat 1 yg kurang sehat. Tapi yang dikonsolidasi sehat,” tutur dia.
Dia pun mencontohkan InJourney yang mengelola Sarinah, hingga Taman Wisata Candi Sehat memiliki kondisi perusahaan yang sangat baik. Selain itu, di sektor bandara saat ini juga menunjukkan kondisi dan keuntungan yang baik bagi InJourney meski sebelumnya sempat merugi karena adanya pandemi Covid-19.
“Tapi kalau dilihat tahun ini 2023 airport seperti Jakarta Bali sudah mulai untung. Tapi masih ada 37 Airport yang kecil-kecil itu belum karena trafficnya belum kembali seperti dulu,” pungkas Erick. (***)
*@www.cnbcindonesia.com