Foto : Istimewa
–Festival Idul Fitri dihadiri Muslim dari sekujur Inggris dan mancanegara.
–Berlangsung di Trafalgar Square dengan London Eye diterangi cahaya bulan sabit.
Jakarta, goindonesia.co — London, ibu kota Inggris, kembali menghadirkan festival tahunan Idul Fitri setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19. Festival Idul Fitri ini adalah yang ke-17.
Perayaan berlangsung di Trafalgar Square, dengan Walikota London Sadiq Khan sebagai penyelenggara. Seperti tahun-tahun sebelum pandemi, tujuan perayaan adalah menarik ribuan peserta; Muslim dan non-Muslim.
“Banyak orang salah mengartikan agama Islam, dan Muslim dijelek-jelekan,” kata Sadiq Khan kepada Arab News. “Yang terhebat dalam Ramadhan adalah umat Islam, seperti saya, menunjukan kepada non-Muslim tentang Islam yang berarti amal, kasih sayang, dan kesopanan.”
Idul Fitri, masih menurut Khan, adalah tentang menyatukan semua orang; tidak hanya Muslim tapi juga non-Muslim. “Jadi festival Idul Fitri ini penting,” kata Khan.
Saat pandemi mereda, Khan mengatakan pihak berwenang London ingin melihat lebih banyak peristiwa yang mencerminkan semua agama.
Perayaan Paskah dan Vaisakhi telah berlangsung di Trafalgar Square. Lapangan ini juga akan menjadi tuan rumah Diwali dan Hanukkah pada bulan-bulan mendatang.
“Penting bagi kita menyadari bahwa keragaman bukanlah kelemahan tapi kekuatan,” kata Khan. “Kami tidak hanya mentolerir Muslim tapi juga menghormati dan merangkul mereka.”
Menurut Khan, dirinya sangat percaya integrasi. Namun, memahami dan menghormati lagar belakang agama setiap orang sangat penting. “Sangat mungkin menjadi orang Inggris yang bangga dengan asal-usul,” katanya.
Idul Fitri, atau akhir Ramadhan, jatuh pada 2 Mei. Namun Festival Idul Fitiri di London diadakan 7 Mei lalu, ketika semua Muslim selesai bersilaturahmi dengan anggota keluarga dan punya kesempatan menghadiri perayaan.
Ada musik live, komedi, seni, puisi, dan pertunjukan budaya lainnya. Kedai makanan dari negara-negara Muslim berjajar sedemikian rupa.
Kegiatan lainnya, yang juga menarik perhatian adalah pertunjukan kaligrafi, menarasikan kisah-kisah Islam, seni melukis wajah, lokakarya sains, drama, dan berbagai kegiatan lainnya.
Ayham Jaaron, dosen universitas berusia 42 tahun asal Palestina, kali pertama mengikuti Festival Idul Fitri di London. Bersama istri dan dua anak, Jaaron melakukan perjalanan dari Loughborough ke London khusus melihat perayaan.
Yasmin Abu Ahla, istri Jaaron yang sedang menempuh pendidikan doktoral, terkesan melihat keragaman budaya Festival Idul Fitri. Sedangkan Zia Rahman, Muslimah asal Pakistan yang semula tinggal di Jerman, mengatakan tidak pernah melihat Musllim dari seluruh dunia berkumpul dan menggelar festiva.
Yang menarik dari festival Idul Fitri kali ini adalah London Eye di tepi Sungai Thames kali pertama diterangi tampilan cahaya bulan sabit untuk merayakan Idul Fitri. (***)