Berita

Demensia Peringkat Ketiga Penyakit Terbanyak di KKHI Makkah

Published

on

Demensia menempati urutan ketiga penyakit terbanyak yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI Makkah) (Foto : @sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Makkah, goindonesia.co – Demensia menempati urutan ketiga penyakit terbanyak yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI Makkah). Pada Kamis (13/6), terdapat 30 pasien demensia yang dirawat di ruang rawat inap psikiatri.

Menurut dokter spesialis jiwa di KKHI Makkah dr. Ahmad Andi Samegu, Sp.KJ, demensia adalah kondisi sindrom penyakit gangguan otak yang bersifat jangka panjang/kronis, dan bukan baru terjadi. Rata-rata pasien demensia berusia di atas 60 tahun, bahkan ada yang berusia 95 tahun dan sudah mengalaminya sejak di Indonesia.

dr. Ahmad Andi Sameggu, Sp.Kj., menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran, gangguan jiwa dilihat dari 3 aspek, yakni biologi, psikologis, dan sosial. Pada aspek biologis, gangguan struktur otak yang mengalami atrofi serebri sehingga terjadi penurunan fungsi, ditambah dehidrasi, gangguan elektrolit, dan faktor suhu tinggi.

Pada aspek psikologis, orang tua/lansia umumnya baru pertama kali meninggalkan kampung halaman, naik pesawat, dan bertemu orang asing, sehingga adaptasinya berbeda. Pada aspek sosial, jemaah berada di tempat baru yang tidak dikenal tanpa pendamping dan orang yang dikenal, dan harus melakukan aktivitas seperti makan dan mandi sendiri, padahal di Indonesia mereka dibantu. Di kloter, mereka juga dikucilkan dan ditinggal sendiri di kamar.

“Sudah ditegaskan bahwa yang boleh lolos istithaah kesehatan hanya yang mengalami demensia ringan. Demensia sedang dan berat itu seharusnya tidak lolos istithaah dan tidak bisa berangkat,” kata dr. Ahmad Andi.

Lebih lanjut, dr. Ahmad Andi menyatakan, hampir 90% pasien di KKHI Makkah adalah pasien demensia. Kasus lain selain demensia adalah depresi skizofrenia, yang sudah diderita pasien sejak masih di Indonesia. Pasien ini tidak istithaah tetapi tetap dapat berangkat dengan kewajiban minum obat. Namun, para pasien ini tidak meminum obatnya sehingga penyakitnya kambuh.

Pasien yang tantrum atau mengamuk hingga tahap agitasi atau gelisah berat akan diberikan tata laksana sesuai kondisinya. Ada pasien yang cukup minum obat, ada yang perlu disuntik.

Penyebabnya juga harus dikoreksi. Rata-rata mereka dirawat karena dehidrasi dan gangguan elektrolit. Hal ini yang perlu dikoreksi dengan bekerja sama dengan dokter spesialis lainnya.

dr. Ahmad Andi menjelaskan, jika ada pasien yang hilang kendali dan gaduh gelisah, akan diupayakan dengan cara persuasif. Jika pasien gaduh gelisah di kloter, di KKHI mereka ditenangkan dengan bahasa lokal, diajak berkomunikasi, dan diberikan rasa aman hingga tenang.

“Kita tidak tahu masa tua kita, apakah sehat normal, atau apakah ada yang merawat kita? Bisa saja mabrurnya petugas karena merawat orang yang tidak kita kenal,” kata dia. (***)

*Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. 

Trending

Exit mobile version