Militer Indonesia masih lemah jika industri pertahanannya tak mandiri (Foto : Istimewa)
Jakarta, goindonesia.co – Perlengkapan tempur Militer Indonesia harus didukung dengan industri pertahanan dalam negeri yang mandiri. Misalnya militer Indonesia butuh rudal maka industri pertahanan dalam negeri harusnya bisa memenuhi.
Hal ini sangat penting karena saat perang terjadi militer Indonesia membutuhkan suplai amunisi dari industri pertahanan dalam negerinya. Jika menggantungkan suplai dari negara lain maka musuh bisa saja mengadakan lobi-lobi ke produsen penyuplai untuk menghentikan pengiriman senjata ke militer Indonesia.
Hal ini terjadi dengan Argentina saat perang Malvinas pada 2 April 1982. Saat itu AL Argentina begitu berbahaya karena punya rudal Exocet buatan MBDA Prancis.
Namun gegara Inggris sekutu Prancis, London meminta agar Paris menghentikan pengiriman rudal itu ke Argentina. Hasilnya Argentina kalah perang karena mereka cuma punya rudal Exocet tak lebih dari 10 biji.
Padahal dalam kontrak pembelian, Argentina seharusnya punya puluhan unit sebelum pengiriman di stop Prancis. Kejadian ini tentu tak mau dialami Indonesia bukan?
Gubernur Lemhanas RI Andi Widjajanto mengingatkan jika industri pertahanan Indonesia harus fokus pada offset. Offset pembelian alutsista dari luar negeri bisa dalam bentuk transfer teknologi yang nantinya akan memperkuat basis pembuatan senjata Indonesia.
“Kita benar-benar harus mencari titik masuk yang ideal pada saat kita menginginkan ada offset, transfer teknologi yang kita inginkan, untuk mengembangkan kemandirian institusi pertahanan,” ujar Andi dikutip dari Lemhanas pada 22 Februari 2022.
Belum lagi keadaan pasar senjata yang tidak pasti saat ini. Misalnya Indonesia kesulitan memperoleh jet tempur bekas karena perang Ukraina. Jika industri pertahanan dalam negeri sudah mandiri, hal seperti ini bisa diminimalisir.
“Ada fluktuasi kondisi pasar senjata yang harus dihadapi. Belum tentu dalam kurun waktu tertentu kondisi pasar senjata ideal untuk melakukan offset atau transfer teknologi,” jelasnya.Maka saat keadaan dunia baik-baik saja Indonesia harus memperkuat basis industri pertahanannya.
“Untuk melakukan offset kita harus benar-benar melihat pasar senjata yang dipengaruhi beragam faktor, kita juga harus melihat bagaimana strategi-strategi ekonomi pertahanan yang dirumuskan pemerintah sampai 2024.
Semoga segera muncul strategi ekonomi pertahanan yang berkesinambungan hingga 20-30 tahun ke depan,” jelas Andi. Industri pertahanan memang jadi sektor paling menguntungkan.
Sebab sebuah negara bisa dibilang maju asalkan industri pertahanannya maju. Contohnya banyak seperti AS, Rusia, China hingga Inggris. Penjualan alutsista juga mendatangkan devisa bagi negara. Maka tak ada alasan lagi, industri pertahanan Indonesia harus mandiri.
Media Beijing, 81 China membeberkan bahwa militer Indonesia tak bisa jadi kuat jika terus-terusan membeli alutsista dari luar negeri. Oleh sebab itu harus memperkuat industri pertahanannya. Namun industri pertahanan Indonesia lemah saat ini.
“Indonesia semakin memperkuat keamanan jalur laut dan zona ekonomi eksklusif maritim, dan akan meningkatkan kekuatan angkatan laut kemampuan sebagai prioritas utama dalam pembangunan pertahanan negara.
Namun, karena basis industri pertahanan yang lemah dan dana anggaran yang tidak mencukupi, modernisasi TNI AL menghadapi kesulitan tertentu,” jelasnya. Ya, militer Indonesia harus didukung dengan industri pertahanan yang mandiri. (***)
*@www.zonajakarta.com